Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pilu Tiga Bocah Dipaksa Mencuri dan Dianiaya, Selamat berkat Petugas PPSU

Kompas.com - 13/11/2020, 08:58 WIB
Sonya Teresa Debora,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tiga bocah, yaitu RR (10), RM (9), dan N (5), ditemukan oleh seorang petugas PPSU Roa Malaka, Hamim (54), pada Senin (9/11/2020).

Berdasarkan keterangan anak, mereka ditelantarkan oleh seorang remaja yang menyuruhnya mencuri dan mengonsumsi minuman keras (miras).

Beruntung, dua dari tiga bocah tersebut telah dijemput oleh orangtuanya pada Rabu (11/11/2020) malam.

Sementara itu, satu anak lainnya dirujuk ke pusat rehabilitasi sosial anak yang dikelola Kementerian Sosial.

Namun, banyak hal yang telah dilalui ketiga bocah ketika hidup di jalanan.

Baca juga: Menangis di Kolong Jembatan, Bocah Mengaku Dipukuli Remaja yang Suruh Mereka Mencuri

Ditemukan saat menangis histeris dan ketakutan

Hamim mengaku menemukan tiga orang bocah tersebut pada Senin sekitar pukul 19.30 WIB.

Saat itu, ketiga bocah tersebut menangis histeris dan ketakutan.

"Itu saya lagi nyapu-nyapu, tiga anak itu menangis," jelas Hamim ketika ditemui Kompas.com, Kamis (12/11/2020).

Ia yakin ketiga anak tersebut ditelantarkan dan bukan berasal dari lokasi sekitar. Ia pun menghampiri mereka.

"Daerah itu pertokoan semua jauh dari permukiman. Anak-anak berkeluyuran di situ. Inisiatif saya, ini mereka ini bukan anak sini. Mau enggak mau saya amankan," ujar Hamim.

Di sela-sela tangisnya, salah seorang bocah mengatakan bahwa mereka ditelantarkan oleh seorang remaja yang ada di bawah kolong jembatan tersebut.

Menanggapi kisah sang bocah, Hamim langsung menyerahkan ketiga anak kepada petugas pengamanan dalam (Pamdal) kawannya, Mustakim, agar bisa bisa ditangani lebih lanjut.

"Dibawa dengan mobil PPSU, lalu saya serahkan ke Bapak Mustakim, Pamdal. Saya minta tolong karena saya masih kerja," tambah Hamim.

Baca juga: Dua Bocah yang Ditelantarkan di Kolong Jembatan Dijemput Keluarga

Hingga dibawa ke kantor kelurahan, ketiganya masih histeris.

"Kayak orang ketakutan, enggak mau ngomong. Baru kami tenangkan di aula (kantor kelurahan). Baru dia mau ngomong. Sampai dibawa ke kantor lurah masih nangis terus itu," jelas Mustakim.

Dipaksa mencuri dan dipukuli

Setelah dibawa ke pihak kelurahan, ketiga bocah kemudian diserahkan kepada Suku Dinas Sosial untuk penanganan lebih lanjut.

Mereka tinggal di GOR Cengkareng, tempat shelter sementara milik Suku Dinas Sosial Jakarta Barat.

Ketika dimintai keterangan oleh Kompas.com, salah seorang bocah mengaku mereka dipaksa mencuri oleh remaja yang menelantarkannya.

Tak hanya itu, kekerasan sempat mereka terima.

"Kalau enggak mau maling ditinggalin, terus digebukin. Pernah digebukin di tempat gelap," ujar RR.

Selain itu, RR juga mengaku sering disundut rokok oleh remaja tersebut.

RR menunjukkan beberapa bekas sundutan di bagian tubuhnya, termasuk kaki dan lengan yang disundut rokok oleh sang remaja.

Baca juga: Kisah Warkuatno Jadi Badut Keliling Demi Hidup Keluarga di Tengah Pandemi...

Di samping itu, RR mengaku pernah disuruh menggunakan lem aibon dan minum minuman keras.

RR menyatakan, ada dua remaja yang melakukan hal tersebut.

Ciri-ciri fisiknya, salah satu remaja memiliki tato bintang di pelipis, sementara satu orang lainnya memiliki tato di bagian lengan.

Hilang dari rumah satu bulan

Rupanya, RM dan N merupakan anak hilang. Orangtua mereka tahu setelah mendapat informasi dari pemberitaan media.

Sang orangtua langsung mendatangi Kantor Kelurahan Roa Malaka, Rabu (13/11/2020) sore. Saat itu, mereka belum tahu bahwa anaknya telah dibawa ke GOR Cengkareng.

Kepada staf dari kantor Kelurahan, termasuk Mustakim, kedua orangtua menanyakan keberadaan anaknya sambil menangis histeris.

“Orangtuanya datang nangis histeris. Katanya anak sudah pergi sebulan. Katanya, dulu pergi diajak sama temannya ke Senen,” ujar Mustakim.

Namun, sejak pergi ke Senen hari itu, kedua anak tidak pernah kembali ke rumah lagi.

Di tengah tangisannya, orangtua RM dan N menanyakan kabar dari anak-anaknya.

"Nanya, katanya anak saya gimana? Ada luka-luka nggak? Saya ceritain, ada luka-luka, pas ditemuin nangis-nangis," kata Mustakim.

Petugas dari kantor kelurahan Roa Malaka lalu mengarahkan sang orangtua untuk pergi ke GOR Cengkareng. RM dan N akhirnya kembali pulang.

Sementara, satu korban lain, yakni RR, akan dirujuk ke BRSAMPK Handayani, Bambu Apus, karena membutuhkan perlindungan khusus.

Pasalnya, RR mengatakan bahwa kedua orangtuanya sudah meninggal. Begitu juga dengan kakeknya.

Kepada Kompas.com RR menyatakan bahwa ia sudah lama tinggal di jalanan dan tak pernah mengecap bangku sekolah.

Menanggapi kasus ini, pihak Kementerian Sosial mengatakan akan melaporkan kasus tersebut kepada polisi.

Namun, masih ada serentetan tahap yang harus dilalui sebelum melapor, termasuk melakukan assessment kebutuhan dasar dari anak dan berkoordinasi dengan wali dari anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Megapolitan
Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Megapolitan
Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Megapolitan
Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Megapolitan
Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com