Paing tak ingat sudah berapa kali ke Ciliwung. Ia hampir setiap hari membawa jala ke Ciliwung. Paing tak malu harus menyelam di Sungai Ciliwung.
“Kalau jala nyangkut, itu harus nyelam. Yang merantau di sini, ya saya aja yang nyemplung,” kata Paing.
Klaim Paing bukan omong kosong. Di tangannya terlihat panu yang menyebar. Namun, Paing tak malu dan tak berniat berhenti nyemplung di Ciliwung.
“Ya ini panuan gara-gara main di Ciliwung ha-ha-ha,” ujar Paing sambil tertawa dan menunjukkan lengannya.
Pain pantang menyerah, percobaan kedua melempar jala ia lakukan. Pada percobaan kedua, hanya ikan sapu-sapu yang tersangkut di jala Paing.
Ia melepaskan ikan sapu-sapu dari jaring. Sejurus kemudian, satu persatu ikan sapu ia lempar ke pinggir dan tengah sungai.
“Ha ha ha, ikan sapu-sapu ini. Dapetnya cuma ikan sapu-sapu,” ujar Paing sambil tertawa.
Bagi pencari ikan seperti Paing dan masyarakat sekitar, ada dua jenis ikan di Sungai Ciliwung. Ikan hitam dan putih. Sebutan ikan hitam merujuk kepada ikan sapu-sapu. Sementara ikan putih adalah selain ikan sapu-sapu.
“Kalau saya enggak nyari ikan sapu-sapu. Saya cari ikan putih. Di luar ikan sapu-sapu, itu disebutnya ikan putih,” ujar Paing.
Sungai Ciliwung memang dikenal sebagai habitat ikan sapu-sapu. Ikan sapu-sapu memiliki kepala mirip lele tetapi bersisik hitam dan tajam.
Air kecoklatan dan berlimbah di Sungai Ciliwung disebut menjadi tempat yang menyenangkan bagi ikan sapu-sapu. Ikan sapu-sapu dikenal yang paling tahan terhadap kondisi lingkungan yang tercemar.
Sementara itu, ikan putih pun juga hidup di Sungai Ciliwung. Abidin menyebutkan, Ciliwung dulu tempat hidup berbagai jenis ikan.
“Zaman dulu, ikan masih banyak di Ciliwung. Ikan lalawak sejenis ikan tawes tapi buntut mereh. Tenggehet itu sejenis buntut kuning. Ikan baung juga banyak di Ciliwung,” ujar Abidin sambil mengenang.
Namun, ikan baung pun masih kerap didapatkan di Sungai Ciliwung. Buktinya, di pinggang Paing terikat seekor ikan baung. Dengan bangga, Paing menunjukkan ikan baung di pinggangnya.
“Ini buat umpang pancing. Ikan mujaer suka dagingnya,” kata Paing.
Paing menyebutkan, kondisi Sungai Ciliwung kini kotor. Padahal, awalnya air Sungai Ciliwung jernih. Bahkan, Abidin berkisah bahwa air Ciliwung dulu bisa diminum.
Baca juga: Riset Sebut Ciliwung Masuk Sungai Terkotor di Dunia, Ini Komentar Pemprov DKI
“Sekarang kotor, dulu jernih. Kalau banjir banyak sampah. (Dahulu) ikan berkembang biak. Sekarang banyak limbah,” ujar Paing.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan