Benar saja, Jeck yang baru berangkat kerja dalam kondisi baik-baik saja.
Dari situ baru terungkap bahwa orang yang datang tersebut hendak menculik anak dan istri dari Jeck untuk mengusik keberadaan Jeck.
Tak hanya keluarga, Jeck juga sempat secara langsung merasakan duka yang menjadi konsekuensi atas profesinya.
Pada tahun 2006, Jeck sempat ditugaskan menangkap komplotan perampok mesin ATM.
“Beberapa itu sudah ditangkap, tapi beberapa masih kabur ke Lampung. Kita kejar ke Lampung, lalu ternyata pelaku ke Bandung, ya kita kejar ke Bandung,” tuturnya.
Hanya berbekal dua jam waktu istirahat, Jeck dan rekan-rekannya yang baru tiba di Lampung segera berangkat ke Bandung untuk mengejar sang perampok.
Ia mendapat informasi bahwa pelaku berada di salah satu pasar tradisional di Kota Bandung.
Saat baru tiba, beberapa anggota kepolisian yang telah terlebih dahulu berada di lokasi mengingatkan Jeck bahwa pelaku membawa senjata api, sehingga harus ekstra hati-hati.
“Pas di dalam situ dibilang hati-hati. Ternyata, pelaku selain punya senjata (api) juga punya granat,” ujar Jeck.
Dengan informasi yang ia dapatkan, Jeck segera masuk untuk menangkap sang pelaku.
Tak lama setelah masuk, Jeck berhadapan langsung dengan pelaku yang sejak lama telah ia incar. Pelaku segera mengeluarkan senjata api miliknya dan menembak berkali-kali ke arah Jeck.
Jeck masih ingat betul peristiwa penembakan tersebut.
Pasalnya, Jeck tidak pingsan usai dihujani 12 peluru di tubuhnya. Padahal, Jeck tidak sedang mengenakan rompi antipeluru.
“Waktu ketembak itu kerasa, enggak pingsan. Ketembak 12 peluru,” ujar Jeck.
Jeck segera dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani operasi. Sembilan peluru berhasil dikeluarkan dari tubuhnya.