JAKARTA, KOMPAS.com - Mendokumentasikan sebuah peristiwa pribadi tak melulu berujung pada kenangan manis. Pada kasus tertentu, itu bisa berujung petaka bagi diri sendiri dan orang-orang terdekat.
Korban sudah banyak. Namun, dibutakan kesenangan, banyak yang tak mau belajar sehingga jatuh pada lubang yang sama. Kasus perekaman aktivitas seks, salah satunya.
Bak fenomena gunung es, fenomena perekaman aktivitas seks hanya segelintir yang terekspose.
Padahal, pidana mengintai dari segala sisi, belum lagi efek lain dari sisi mental dan sosial ketika rekaman tersebar baik karena kesengajaan maupun tidak.
Baca juga: Fakta Terbaru Kasus Video Syur Diduga Mirip Gisel
Bersamaan, hasrat-hasrat tak wajar seperti perekaman aktivitas seks bersama pasangan ini pun perlu ditelaah lebih dalam akar persoalannya, bukan sekadar menimpakan stigma.
"Kita rekam, yuk." Celetukan Andi (bukan nama sebenarnya) itu menghentikan aktivitas persetubuhannya dengan sang istri.
"Apaan, sih?" jawab sang istri, Bunga (bukan nama sebenarnya), dengan nada malas.
"Iseng aja. Habis itu kita hapus deh," timpal Andi memelas.
Wajah Bunga terlihat kesal. Namun, ia tidak berani menjawab tegas, tidak.
Menganggap sang istri tidak menolak, Andi langsung berlari kecil ke arah meja di sudut ruangan. Ia membuka salah satu laci dan merogoh isinya.
Baca juga: Polisi Kesulitan Forensik Wajah Berkait Video Syur Diduga Mirip Gisel
Dapat. Sebuah action cam ada di dalam genggaman Andi.
Ia lantas meletakkan kamera mungil itu di atas tumpukan buku yang berserak di permukaan meja.
Arah kamera diatur agar lensa dapat merekam aktivitasnya bersama sang istri.
“Sejujurnya, saat itu gue iseng aja,” tutur Andi saat menceritakan peristiwa itu kembali kepada Kompas.com di salah satu kafe bilangan, Jakarta Pusat, Sabtu (14/11/2020).
Namanya juga iseng, Andi awalnya tidak tahu persis mengapa ia sampai nekat merekam aktivitas seksnya bersama sang istri.