Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi Meninggal Dalam Gendongan Ibunya Saat Mengemis, Pemkot Bekasi Mengaku Lalai

Kompas.com - 01/12/2020, 09:13 WIB
Walda Marison,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Kasus seorang bayi usia dua tahun meninggal dalam gendongan ibunya saat dibawa mengemis di kawasan Bantar Gebang, Kota Bekasi, diakui Pemkot Bekasi sebagai kelalaian pihaknya dalam menanggani warga miskin.

Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, mengaku bahwa pihaknya kurang melakukan antisipasi terhadap hal-hal semacam itu.

"Mungkin ada satu kelalaian dari kami ya, antisipasi terhadap ketidakmampuan warga kita, Dinas Sosial," kata Rahmat, Senin (30/11/2020).

Rahmat yang akrab disapa Pepen itu menilai, seharusnya jajaran Pemkot Bekasi sudah bisa mendeteksi keberadaan warga miskin, khusunya para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Dengan demikian bantuan materi dan fasilitas kesehatan bisa diberikan kepada mereka.

Baca juga: DPRD Bekasi: Bayi Meninggal Saat Dibawa Mengemis Dampak dari Data Kemiskinan yang Buruk

"Tapi sebenarnya kami juga ada fasilitas, ada rumah singgah yang luar biasa, harusnya bisa terdeteksi, kan satpol di kecamatan kami ada," kata dia.

Pepen berjanji akan lebih meningkatkan penanganan warga miskin agar peristiwa seperti itu tak terjadi lagi.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bekasi, Choiruman J Putro sebelumnya mengatakan, ada kesan Pemkot tidak terbuka terkait data orang miskin di setiap wilayah Kota Bekasi. 

"Terus terang saja, seringkali pejabat terkait, seperti lurah atau camat, enggak mau terbuka ketika mereka menyampaikan apa adanya data tersebut. Mereka merasa seperti aib, tidak terbuka (soal data jumlah orang miskin)," kata Choiruman 

Karena itu, Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang masuk ke Dinas Sosial pun tak maksimal sehingga bantuan kepada masyarakat miskin tidak merata atau tidak tepat sasaran.

Mereka yang tidak dapat bantuan, lanjut Choiruman, dipastikan kesulitan mencari nafkah dan mau tidak mau terlantar di jalanan.

Karena itu, Choiruman menekankan betapa pentingnya keterbukaan data tersebut agar masyarakat miskin bisa mendapatkan bantuan dan fasiltas kesehatan.

"Karena enggak punya akses, mau program sebaik apapun dari pemerintah enggak akan menjangkau juga. Kami berharap bangun database kesejahteraan sosial secara sungguh-sungguh," kata dia.

Baca juga: KPAI: Faktor Ibu Kurang Teredukasi dan Kesulitan Ekonomi Berperan pada Kasus Bayi Meninggal Saat Dibawa Mengemis

Kasubag Humas Polres Bekasi Kota, Kompol Erna Ruswing, sebelumnya mengatakan, ibu si bayi menyadari anaknya meninggal dunia saat sedang mengemis.

Sang ibu, Nur Astuti Anjaya (32), awalnya menggendong anaknya sambil meminta-minta di kawasan Pasar Bantar Gebang, Kota Bekasi, Kamis lalu. Saat tengah mengemis itu, Astuti kemudian sadar bahwa putranya sudah tak bergerak sama sekali.

"Jadi dia (sang anak) digendong sama ibunya dalam keadaan sakit. Digendong ibunya lagi minta-minta terus ibunya enggak tahu kalau anaknya sudah meninggal," kata Erna.

Sadar anaknya tak bergerak lagi, Astuti  membawa bayinya ke klinik terdekat. Ketika diperiksa, anak itu dinyatakan meninggal dunia.

Erna menjelaskan, anak malang itu memang sebelumnya sudah menderita sakit. Namun pihak kepolisian belum memastikan penyakit apa yang diidap sang anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Megapolitan
Disdukcapil DKI Bakal Pakai 'SMS Blast' untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Disdukcapil DKI Bakal Pakai "SMS Blast" untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Megapolitan
Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Megapolitan
8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

Megapolitan
Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Megapolitan
Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Megapolitan
Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Megapolitan
Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com