JAKARTA, KOMPAS.com - Lewat pukul 15.00 WIB, teriknya matahari masih pekat terasa di salah satu objek wisata kenamaan di Jakarta, Kota Tua.
Seorang lelaki paruh baya berjalan mengelilingi bekas kantor gubernur di era kolonial yang kini jadi salah satu spot berfoto, sembari mengalungkan kameranya.
Di lengan kanannya, tergantung sebuah tas kamera berwarna hitam.
"Foto, Mbak.. Foto," ujarnya kepada dua orang perempuan yang tengah mengambil foto dengan kamera ponselnya.
"Berapaan, Pak?" balas salah satu dari perempuan tersebut.
"Rp 10.000 dapat tiga foto," jawabnya.
Baca juga: Rizieq Shihab, Isolasi Mandiri, dan Hasil Swab
Namanya adalah Joko (49). Kepada Kompas.com, ia mengaku menekuni kerja sampingan menyediakan jasa foto keliling di Kota Tua selama sebelas tahun.
"Ini sampingan. Saya memang hobi fotografi dari dulu. Ya karena dari gaji (kantor) enggak cukup," kata dia.
Sejak awal bertemu, Pak Joko telah menegaskan bahwa yang terpenting dalam menekuni bidang ini adalah kesabaran.
"Yang penting sabar," kata-kata itu beberapa kali diulang oleh Joko ketika berbincang dengan Kompas.com.
Ia mengaku memilih Kota Tua karena dekat dengan lokasi tinggalnya.
Usai bekerja di salah satu kantor yang bergerak di bidang sejarah kota, Joko berkeliling Kota Tua dan menawarkan jasa miliknya kepada wisatawan yang terlihat sedang berfoto.
Baca juga: Pengecatan Genteng 168 Rumah di Lenteng Agung, DKJ Ambil Konsep Geometrik
Biasanya Joko mulai menjajakan jasanya mulai pukul 14.00 WIB.
Tapi Joko mengaku jam pulangnya tak menentu.
"Ya tergantung aja, kalau lagi ramai ya bisa lama (pulangnya), kalau enggak ya sudah ya yang penting sabar," tandasnya.
Setelah mengambil foto menggunakan kameranya, Joko segera mengirimkan hasil jepretannya ke ponsel milik konsumennya.
Ia mengaku sudah tak lagi mencetak hasil foto untuk dijual sebab sudah tak laku di pasaran.
Joko mengaku tertarik menjadi fotografer keliling karena memiliki hobi fotografi sejak lama.
Kecintaannya kepada fotografi terpupuk sejak kecil.