Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Orangtua Aniaya Anak Saat Belajar Online Kembali Terekspos

Kompas.com - 04/12/2020, 15:36 WIB
Ivany Atina Arbi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Warganet baru-baru ini dihebohkan dengan video viral yang memperdengarkan seorang anak menangis meraung-raung karena mengalami kekerasan fisik dari orangtuanya.

Belakangan diketahui bahwa peristiwa tersebut terjadi di sebuah rumah di kawasan Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Kanit Reskrim Polsek Pondok Gede Iptu Santri Dirga mengonfirmasi kejadian tersebut.

Kata Dirga, anak yang suaranya terdengar dalam video viral itu berusia tujuh tahun. Ia dipukuli oleh ayahnya karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR).

"Akibat kekerasan fisik tersebut, sang bocah akhirnya harus menderita luka di bagian paha dan kaki," ujar Dirga pada Jumat (4/12/2020).

Penganiayaan yang dilakukan oleh orangtua kepada anaknya di masa pembelajaran online di rumah nyatanya marak terjadi. Kejadian di Bekasi ini bukanlah yang pertama kali.

Baca juga: Video Bocah di Bekasi Meraung-raung karena Dipukuli gara-gara Tak Kerjakan PR Viral di Medsos

Ibu aniaya anak hingga tewas

LH, seorang warga Desa Cipalabuh, Kabupaten Lebak, Banten, menganiaya putrinya KS, yang baru berusia 8 tahun, hingga tewas pada akhir bulan Agustus lalu.

Perempuan berusia 26 tahun ini dilaporkan melakukan penganiayaan karena kesal anaknya susah diajari saat belajar online.

Rangkaian penganiayaan yang dilakukan LH adalah mencubit, memukul dengan tangan kosong hingga menggunakan gagang sapu.

LH juga memukul korban yang duduk di bangku sekolah dasar kelas 1 itu di bagian belakang kepala sebanyak tiga kali di saat anak itu sudah tersungkur lemas di lantai.

Suami LH, IS (27), sempat memarahi istrinya begitu menyaksikan penganiayaan tersebut. Namun, hal itu sudah terlambat. Korban yang tidak kuat menahan penganiayaan dari ibu kandungnya harus meregang nyawa saat itu juga.

Keduanya kemudian sepakat membawa kabur jenazah korban dan menguburkannya di makan TPU Gunung Kendeng, Kecamatan Cijaku, Lebak, sebagai upaya menghilangkan jejak. Korban dikubur dengan pakaian lengkap.

Kejahatan itu kemudian terbongkar dua minggu setelahnya menyusul kecurigaan dari warga sekitar melihat gundukan tanah yang masih baru di TPU tersebut.

Warga merasa curiga lantaran tidak ada orang yang meninggal dan dimakamkan di TPU Gunung Kendeng dalam beberapa pekan terakhir.

Polisi kemudian bergerak cepat dan menangkap kedua pelaku di Jakarta.

Baca juga: Orangtua Aniaya Anak karena Tak Paham Saat Belajar Daring, Pertanda Gangguan Jiwa?

Kasus kekerasan terhadap anak meningkat selama pandemi

Data yang dihimpun dari sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) dari tanggal 1 Januari 2020 sampai 23 September 2020 menunjukkan bahwa Kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA) di Indonesia sebanyak 5.697 kasus dengan 6.315 korban.

“Informasi yang beredar bahkan menyebutkan mayoritas anak-anak tersebut mengalami kekerasan akibat kejengkelan orang tua mereka dalam mendampingi belajar online di rumah," ujar Dosen IPB dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK) Dr Yulina Eva Riany dalam keterangan tertulisnya Oktober lalu.

"Keterbatasan ekonomi yang mereka alami di saat pandemi menuntut mereka harus meluangkan biaya khusus demi pembelajaran online anak-anak mereka, sehingga tidak mengherankan ketika orang tua sangat emosi ketika mereka menilai bahwa anak-anak mereka tidak mampu menguasai proses PJJ di rumah," tambahnya.

Yulina pun mendesak adanya kerja sama antara pihak sekolah, masyarakat, dan keluarga untuk mengatasi kejadian serupa terulang kembali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Megapolitan
Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Megapolitan
Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com