Peserta dari Walhi Jakarta, Rehwinda mengatakan, target penurunan emisi saat ini tidak sesuai dengan kebijakan yang didorong dan sangat bertolak belakang.
Salah satu indikatornya adalah pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa 9 dan 10 yang bersumber dari batu bara.
“Jika memang pemerintah serius menurunkan emisi sesuai dengan target NDC, maka proyek-proyek PLTU baru yang berbahan fosil, seperti batubara harus dihentikan,” tegasnya seperti keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.
Rehwinda menyebut, strategi serius untuk transisi energi harus dijalankan. Pemenuhan listrik di Jawa sudah surplus dan tidak ada urgensi untuk pembangunan itu.
Baca juga: Lewat Sepatu, Extinction Rebellion Tuntut Indonesia Merdeka dari Krisis Iklim
“Pembukaan hutan untuk tambang batubara dan hilangnya fungsi untuk penyerapan emisi justru diberi karpet merah oleh para pemimpin negara,” imbuhnya.
Sementara itu, peserta aksi dari Jaga Rimba, Salsabila, mengatakan, masa depan anak muda saat ini bergantung pada keputusan para pemimpin.
“Di depan mata kami jutaan hektar hutan Indonesia dibabat atas nama investasi para kaum oligarki dan hilangnya kekayaan yang sebenarnya keanekaragaman hayati kita. Apa yang akan kami miliki 10 tahun mendatang? Kami akan terus bersuara mengatakan yang benar,” ungkapnya.
Salsabila menyebut, anak muda masih memiliki harapan bila pemerintah, industri, dan para pemangku kebijakan lainnya bersatu untuk menempatkan krisis iklim sebagai krisis dan bertindak bahwa keselamatan rakyat adalah prioritas.
“Kami mengharapkan pembaruan NDC Indonesia kembali ke arah yang benar dan dapat menekan peningkatan suhu bumi ke 1,5 derajat celcius,” tegas Salsabila.
Baca juga: 2020 jadi Tahun Terpanas dalam Catatan Sejarah Iklim Bumi
Adapun, aksi anak muda ini adalah seruan menjelang Konferensi Tingkat Tinggi Climate Ambition Summit 2020 yang akan dilakukan secara daring oleh PBB pada Sabtu 12 Desember 2020.
Selain itu, aksi secara daring juga diikuti individu di seluruh dunia dengan menaikkan tagar #fightfor1point5.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.