JAKARTA, KOMPAS.com – Sekelompok anak muda dari Extinction Rebellion (XR) Indonesia, Jaga Rimba, dan Walhi Jakarta menggelar tiga rangkaian aksi bertajuk “Fight for 1 Point 5” di Jakarta, Jumat (11/12/2020).
Juru bicara dari XR Indonesia Novita mengatakan, aksi ini merupakan peringatan lima tahun adanya Persetujuan Paris di mana seluruh negara sepakat untuk menahan suhu bumi tidak lebih dari 1,5 derajat Celcius.
“Makanya, fight for 1 point 5 itu gimana caranya kita berjuang supaya suhu bumi kita enggak lebih dari 1,5 derajat celcius,” ujarnya kepada Kompas.com melalui sambungan telepon.
Novita menambahkan, janji Indonesia dalam pemenuhan Persetujuan Paris yang termaktub dalam Nationally Determined Contribution (NDC) dengan target 29 persen atau 41 persen bila bekerja sama dengan Internasional, hanyalah janji semata.
Menurutnya, target NDC Indonesia saat ini nyatanya berada dalam trayektori kenaikan temperatur 3-4 derajat celsius. Lalu, kebijakan-kebijakan saat ini juga sangat jauh dari janji yang diucapkan.
Baca juga: Sekjen PBB Targetkan Aksi Iklim yang Ambisius
“Kami tantang para pemimpin berucap dan bertindak dengan jujur pada dunia untuk masa depan kami,” ungkapnya.
Terkait aksi “Fight for 1 Point 5”, Novita menjelaskan, aksi ini beda dari biasanya di mana masing-masing komunitas menggelar aksi sendiri-sendiri. Biasanya, komunitas hingga individu berkumpul menjadi satu gerakan.
“Di sini, masing-masing komunitas atau gerakan memiliki bentuk yang beda-beda, tapi punya satu benang merah yang sama, yang sesuai dengan fight for 1,5,” terangnya.
Dia mencontohkan, XR Indonesia menamakan aksinya dengan “Kardus Strike”. Aksi ini menampilkan pesan-pesan aspirasi peserta yang dibawa tepat di depan lobi gedung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Baca juga: “Asia Climate Rally”, Nasib yang Sama dan Tuntutan Anak Muda Asia
Untuk Jaga Rimba, aksi digelar di trotoar KLHK sehabis shalat Jumat. Model aksinya ngedrop banner atau pesan2 aspirasi.
“Jadi temen-temen Jaga Rimba ngumpulin pesan aspirasinya dari masayrakat terus mereka simpan dan dikirim ke trotoar depan KLHK,” jelasnya.
Walhi Jakarta sendiri membentuk aksi teatrikal di depan gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan depan lampu merah Sarinah.
Adapun, komitmen Indonesia di Persetujuan Paris sudah 5 tahun berlalu sejak Conference of the Parties (COP) 21. Target NDC Indonesia yang tidak ambisius saat ini tidak akan menekan suhu bumi di bawah 1.5 derajat celcius.
Menurut analisis dari Climate Action tracker pada September 2020, kebijakan indonesia sangat tidak memadai atau highly insufficient.
Baca juga: Gerakan Climate Action Now Kembali Minta Pemerintah Deklarasikan Indonesia Darurat Iklim
Hal ini dibuktikan dengan program pemulihan nasional pemerintah yang tidak mendukung opsi rendah karbon dan masih menjamin utilitas listrik berbobot batu bara.
Peserta dari Walhi Jakarta, Rehwinda mengatakan, target penurunan emisi saat ini tidak sesuai dengan kebijakan yang didorong dan sangat bertolak belakang.
Salah satu indikatornya adalah pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa 9 dan 10 yang bersumber dari batu bara.
“Jika memang pemerintah serius menurunkan emisi sesuai dengan target NDC, maka proyek-proyek PLTU baru yang berbahan fosil, seperti batubara harus dihentikan,” tegasnya seperti keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.
Rehwinda menyebut, strategi serius untuk transisi energi harus dijalankan. Pemenuhan listrik di Jawa sudah surplus dan tidak ada urgensi untuk pembangunan itu.
Baca juga: Lewat Sepatu, Extinction Rebellion Tuntut Indonesia Merdeka dari Krisis Iklim
“Pembukaan hutan untuk tambang batubara dan hilangnya fungsi untuk penyerapan emisi justru diberi karpet merah oleh para pemimpin negara,” imbuhnya.
Sementara itu, peserta aksi dari Jaga Rimba, Salsabila, mengatakan, masa depan anak muda saat ini bergantung pada keputusan para pemimpin.
“Di depan mata kami jutaan hektar hutan Indonesia dibabat atas nama investasi para kaum oligarki dan hilangnya kekayaan yang sebenarnya keanekaragaman hayati kita. Apa yang akan kami miliki 10 tahun mendatang? Kami akan terus bersuara mengatakan yang benar,” ungkapnya.
Salsabila menyebut, anak muda masih memiliki harapan bila pemerintah, industri, dan para pemangku kebijakan lainnya bersatu untuk menempatkan krisis iklim sebagai krisis dan bertindak bahwa keselamatan rakyat adalah prioritas.
“Kami mengharapkan pembaruan NDC Indonesia kembali ke arah yang benar dan dapat menekan peningkatan suhu bumi ke 1,5 derajat celcius,” tegas Salsabila.
Baca juga: 2020 jadi Tahun Terpanas dalam Catatan Sejarah Iklim Bumi
Adapun, aksi anak muda ini adalah seruan menjelang Konferensi Tingkat Tinggi Climate Ambition Summit 2020 yang akan dilakukan secara daring oleh PBB pada Sabtu 12 Desember 2020.
Selain itu, aksi secara daring juga diikuti individu di seluruh dunia dengan menaikkan tagar #fightfor1point5.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.