DEPOK, KOMPAS.com - Kubu pasangan kandidat nomor urut 1 Pilkada Depok Pradi Supriatna-Afifah Alia mengeklaim menemukan dugaan politik uang yang dilakukan oleh lawannya, kandidat nomor urut 2 Mohammad Idris-Imam Budi Hartono.
Ketua tim advokasi hukum dan HAM Pradi-Afifah, Saharwan Perkasa, menyebutkan, dugaan politik uang itu terungkap berdasarkan pengakuan seorang warga Kelurahan Pasir Putih, Sawangan.
"Si penerima ini, setelah menerima, ia ada urusan administratif dengan RT. Kemudian datang ke RT dan ia cerita sendiri tanpa dikorek, katanya, 'Pak, saya dapat amplop nih dari ibu ini, katanya disuruh nyoblos 02'," kata Saharwan saat dihubungi Kompas.com, Senin (14/12/2020).
"Dari cerita dia itulah berkembang. RT menelusuri sampai akhirnya lapor ke RW. Setelah berkembang itu diketahuilah oleh kami, DPC partai dari paslon 01 yang lalu lapor ke saya selaku ketua tim advokasi. Ya saya jemput barang itu, saya investigasi kebenarannya dan ternyata ini bukan hoaks," ujar dia.
Baca juga: Idris-Imam Menang 55,58 Persen di Pilkada Depok Versi Sirekap KPU
Menurut penelusuran Saharwan cs, warga tersebut menerima empat lembar amplop untuk anggota keluarganya pada Senin (7/12/2020) atau dua hari jelang pencoblosan.
Masing-masing amplop berisi Rp 30.000, terdiri dari selembar pecahan Rp 20.000 dan dua lembar Rp 5.000.
Warga itu disebut melapor ke RT keesokan harinya, Selasa (8/12/2020).
Mengaku punya bukti valid dan dokumentasi, Saharwan melaporkan dugaan politik uang ini ke Bawaslu Kota Depok.
Saharwan yakin, selain warga yang bersaksi ini, terdapat warga lain yang yang juga menerima uang jelang pencoblosan, namun tak dapat terungkap maupun dilaporkan karena mereka menutup diri.
"Kalau bicara masif, sebenarnya masif. Tidak mungkin hanya satu rumah, sebenarnya banyak. Terbukti banyak dari mana? Pada saat pem-BAP-an, warga itu menyebut si ini, si ini, juga menerima," kata dia.
Baca juga: Idris-Imam Menang Pilkada Depok Versi Sirekap KPU, Ini Rincian Suara Tiap Kecamatan
"Cuma, sosialisasi dari pelaksana ataupun pengawas itu kan jarang sekali, hanya sosialisasi bagaimana cara orang mencoblos. Cara orang menghadapi permasalahan hukum seperti ini kan tidak disosialisasikan, sehingga mereka (warga) ketakutan, akhirnya menutup diri (dari penelusuran Saharwan dkk)," imbuh Saharwan.
Kompas.com coba menghubungi Ketua Bawaslu Kota Depok Luli Barlini untuk meminta konfirmasi atas pernyataan Saharwan, namun belum ditanggapi hingga berita ini disusun.
Terpisah, ketua tim pemenangan Idris-Imam, Hafid Nasir, membantah pihaknya melakukan politik uang dan mempersilakan kubu Pradi-Afifah melaporkan temuannya ke Bawaslu.
"Yang jelas, memang kami tidak pernah melaksanakan money politics karena kami mengedepankan pilkada damai, pilkada yang penuh dengan demokrasi, mengedepankan politik gagasan," ungkap Hafid kepada Kompas.com, Senin.
"Jadi untuk money politics tidak ada dalam kerangka kerja kami," tutupnya.
Baca juga: Pilkada Depok, Kubu Pradi-Afifah Klaim Sedang Kumpulkan Indikasi Kecurangan
Hasil penghitungan suara versi sistem informasi rekapitulasi (Sirekap) KPU telah rampung dilakukan dini hari tadi.
Dari total 747.013 suara yang masuk ke Sirekap KPU, Idris-Imam yang diusung PKS, Demokrat, dan PPP, meraup 415.163 atau 55,58 persen suara di Pilkada Depok.
Sementara itu, pasangan Pradi-Afifah yang diusung Gerindra, PDI-P, Golkar, PAN, PKB, PSI, meraih 331.850 atau sekitar 44,42 persen suara.
Namun, penghitungan suara resmi saat ini masih berlangsung melalui rekapitulasi manual berjenjang di tingkat kecamatan hingga kota.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.