Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul Nama 7 Wilayah di Jakarta, Mulai dari Menteng hingga Ancol

Kompas.com - 16/12/2020, 13:18 WIB
Ivany Atina Arbi,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jakarta sebagai kota kosmopolitan merupakan tempat pertemuan bermacam etnis, suku, dan budaya.

Secara toponimi, penamaan tempat dan wilayah di kota ini kerap dilakukan berdasarkan sejumlah hal seperti bentuk fisik lingkungan hingga nama pemilik lahan.

Selama 493 tahun Jakarta berdiri, ada banyak daerah yang secara fisik sudah berubah namun tetap memiliki nama yang merujuk pada kondisinya dahulu.

Berikut rangkuman sejumlah asal usul nama wilayah di Jakarta, berdasarkan sejumlah sumber. Di antaranya buku Asal-Usul Nama Tempat di Jakarta karya Rachmat Ruchiat, Tenabang Tempo Doeloe karya Abdul Chaer, dan Lexicografi Sejarah dan Manusia Betawi IV karya Ridwan Saidi.

Baca juga: Perda Tata Ruang Jakarta Siap Diubah, Begini Penjelasan Wagub DKI

Menteng

Nama Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, muncul karena kawasan itu dulunya merupakan hutan yang banyak ditumbuhi pohon buah menteng.

Kawasan yang dulunya merupakan kampung mulai tumbuh menjadi permukiman menengah atas, sekitar tahun 1912, kala Pemerintah Belanda membangun perumahan pegawainya di sana.

Menteng dipilih karena kawasannya asri, nyaman, dan indah. Sebuah kriteria permukiman yang digemari oleh masyarakat Eropa dan pribumi kelas menengah atas, sehingga tidak heran jika kini terdapat banyak rumah mewah dan megah di kawasan ini.

Beberapa di antaranya masih mempertahankan bentuk bangunan era kolonial Belanda.

Saat ini Menteng dikenal dengan keberadaan taman-taman terbuka. Taman terbesar adalah Taman Suropati, kemudian Taman Lawang, Situ Lembang, serta Taman Cut Meutia.
Bahkan dulu sempat berdiri Stadion Menteng, yang kini telah beralih fungsi menjadi Taman Menteng.

Tanah Abang

Hingga akhir abad ke-19, kawasan yang saat ini bernama Tanah Abang dijuluki ‘Nabang’, yang diambil dari nama jenis pohon yang banyak tumbuh di sana.

Dalam penulisan formal zaman Hindia Belanda, diberi partikel “De” sehingga menjadi De Nabang.

Baca juga: Jelang Natal dan Tahun Baru, Pemprov DKI Jakarta Awasi Penjualan Pangan di Kelapa Gading

Penduduk sekitar kemudian menyebutnya “Tenabang”, sebagai pelesetan dari De Nabang.

Lantaran dikira itu benar, perusahaan jawatan kereta api mencoba “meluruskan” nama tersebut menjadi Tanah Abang.

Pada medio 70-an hingga 80-an, kawasan yang saat ini dikenal sebagai pusat perdagangan tekstil terbesar di Asia Tenggara diketahui merupakan tempat berjualan kambing. Bangunan tersebut kemudian dipugar total menjadi bangunan modern seperti saat ini.

Karet Tengsin

Karet Tengsin merupakan nama sebuah kelurahan yang menjadi bagian dari Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Pernah Tolak Laporan Pelecehan yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar Saat Masa Kampanye

Polisi Pernah Tolak Laporan Pelecehan yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar Saat Masa Kampanye

Megapolitan
Sopir Truk Biang Kerok Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Ternyata Masih di Bawah Umur

Sopir Truk Biang Kerok Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Ternyata Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Senangnya Alif Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang, Bisa Lihat 'Sunset'

Senangnya Alif Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang, Bisa Lihat "Sunset"

Megapolitan
Tersangka Kecelakaan Beruntun di GT Halim Temperamental, Polisi Minta Bantuan KPAI dan Psikolog

Tersangka Kecelakaan Beruntun di GT Halim Temperamental, Polisi Minta Bantuan KPAI dan Psikolog

Megapolitan
Keluarga Pelaku Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Telah Dihubungi Polisi untuk Pendampingan

Keluarga Pelaku Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Telah Dihubungi Polisi untuk Pendampingan

Megapolitan
Dibawa Kabur dari Setiabudi, Mobil Patroli Polisi Ditemukan di Kemayoran

Dibawa Kabur dari Setiabudi, Mobil Patroli Polisi Ditemukan di Kemayoran

Megapolitan
Menilik Padi Apung Waduk Elok Cakung, Solusi untuk Sawah Kebanjiran

Menilik Padi Apung Waduk Elok Cakung, Solusi untuk Sawah Kebanjiran

Megapolitan
Sopirnya di Bawah Umur, Pemilik Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Bakal Diperiksa Polisi

Sopirnya di Bawah Umur, Pemilik Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Bakal Diperiksa Polisi

Megapolitan
Polisi Belum Tahan Sopir Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama

Polisi Belum Tahan Sopir Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama

Megapolitan
Mobil Patroli Polisi di Jakarta Selatan Dibawa Kabur Jambret yang Sedang Diamankan

Mobil Patroli Polisi di Jakarta Selatan Dibawa Kabur Jambret yang Sedang Diamankan

Megapolitan
Polisi Masih Dalami Motif Oknum Sopir Grab Culik dan Peras Penumpang

Polisi Masih Dalami Motif Oknum Sopir Grab Culik dan Peras Penumpang

Megapolitan
Momen Peserta Sanlat Ekspresi Baznas Diminta “Push Up” Karena Ketiduran saat Ada Seminar

Momen Peserta Sanlat Ekspresi Baznas Diminta “Push Up” Karena Ketiduran saat Ada Seminar

Megapolitan
Polisi Amankan 1 Mobil sebagai Barang Bukti Kasus Pemerasan yang Dilakukan Sopir Grab

Polisi Amankan 1 Mobil sebagai Barang Bukti Kasus Pemerasan yang Dilakukan Sopir Grab

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Tangerang Hari Ini, 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Tangerang Hari Ini, 29 Maret 2024

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com