Penamaan wilayah ini ternyata terinspirasi dari Seorang China kaya raya dan baik hati, Tan Teng Sien, yang tinggal di sana. Teng Sien merupakan pemilik perkebunan pohon karet yang luasnya mencapai ratusan hektar.
Pria yang mendiami wilayah tersebut sejak tahun 1980 juga memiliki rumah yang kemudian dialih fungsikan menjadi Menara Batavia.
Perkebunan karet milik Tieng Shin akhirnya tergusur untuk pembangunan Stadion Gelora Bung Karno pada awal tahun 1960.
Pos Pengumben merupakan sebuah ruas jalan raya yang terletak di Kelurahan Sukabumi Utara, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Nama Pos Pengumben muncul sejak zaman Gubernur Hindia-Belanda Herman Willem Daendels berkuasa. Daendels diketahui membangun Jalan Raya sepanjang 1,000 kilometer antara Anyer di Banten hingga Panarukan di Jawa Timur.
Baca juga: Menyusuri Riwayat Sungai Ciliwung, Sempat Berdamai dengan Ibu Kota di Zaman VOC
Di beberapa titik jalan raya tersebut disediakan tempat-tempat khusus untuk peristirahatan dan tempat untuk minum kuda.
Kawasan di Kebon Jeruk tersebut merupakan salah satu titik pemberhentian. Ia kemudian dijuluki Pos Pengumben, yang berasal dari kata ngumben.
Menurut bahasa Jawa, ngumben berarti “minum”.
Joglo merupakan kelurahan yang terletak di Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat.
Kawasan ini dinamai Joglo karena kabarnya dulu banyak rumah tradisional Betawi yang berbentuk rumah-rumah joglo.
Desainnya sendiri dipengaruhi oleh budaya Jawa, namun terdapat perbedaan pada tiang-tiang utamanya.
Pada rumah joglo Betawi, tiang utama penopang struktur atap bukanlah unsur utama yang mengarahkan pembagian ruang. Sementara di rumah joglo Jawa, tiang-tiang utama merupakan unsur yang mengarahkan pembagian ruang.
Rumah joglo Betawi menjamur di era 1980-an, namun kini rumah-rumah itu sudah sangat jarang terlihat.
Saat ini Kalibata dikenal sebagai sebuah kawasan permukiman menengah yang terletak di Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan.
Kawasan ini dilintasi oleh Sungai Ciliwung. Dahulunya, sungai ini banyak dipenuhi dengan bebatuan, termasuk batu bata.
Sehingga masyarakat kerap menyebut tempat ini sebagai kali bata, maksudnya yaitu kali yang dipenuhi dengan batu bata.
Baca juga: Kisah Para Srikandi Kampung Gilingan yang Menolak Menyerah di Tengah Pandemi