Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gereja Tua di Depok yang Jadi Saksi Bisu Pembebasan Kemanusiaan

Kompas.com - 25/12/2020, 13:00 WIB
Ivany Atina Arbi,
Jessi Carina

Tim Redaksi

Dalam wawancaranya dengan Harian Kompas, seorang pemerhati sejarah gereja Depok Boy Loen menyatakan, bangunan asli gereja direnovasi dan diperluas pada 1989. Ia memperkirakan hanya 40 persen dari bangunan asli yang tersisa.

Menurut dugaannya, perkara ini yang kemudian menyulitkan GPIB Immanuel Depok menjadi benda cagar budaya. Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, bangunan cagar budaya harus memiliki minimal 50 persen tingkat keaslian bangunan.

Baca juga: Sejarah Gereja Katedral, Gereja Katolik Pertama di Batavia

Warisan berharga

Secara fisik, bangunan GPIB Immanuel masih kokoh. Arsip harian Kompas pada 2018 mendeskripsikan bahwa pintu-pintu lengkung dan jendela dengan kaca patri menghiasi gedung.

Sebagai peringatan terhadap jasa Chastelein, dibuatlah prasasti dari batu marmer yang bisa dilihat tepat di sisi kiri pintu utama gereja.

Chastelein meninggal pada 28 Juni 1714 karena epidemi yang menjangkiti Batavia dan sekitarnya. Tanggal ini menjadi tanggal bersejarah bagi warga asli Depok Lama karena tepat pada saat itulah leluhur mereka merdeka.

Surat wasiat yang ditinggalkan oleh Chastelein berisi pembebasan para budaknya. Ia juga mewariskan lahan yang ia miliki pada budak-budak tersebut.

Tak hanya membebaskan, Chastelein juga membekali komunitas tersebut dengan kemampuan berorganisasi dengan membentuk Gemente Bestuur atau Tata Praja Depok. Ia juga membuat sekolah untuk mereka.

Dengan bekal pendidikan dan kemampuan berorganisasi itulah komunitas Belanda Depok banyak yang kemudian memegang jabatan di kantor-kantor di Batavia hingga ke era kemerdekaan.

Baca juga: Gereja Sion, Gereja Berusia 324 Tahun di Jakarta

Kesenjangan Sosial

Berdasarkan catatan dalam buku Melacak Jejak-jejak Sang Pembebas: Dari Jemaat Masehi ke GPIB Jemaat Immanuel Depok terbitan BPK Gunung Agung, 2014, komunitas Belanda Depok berkembang maju sejak awal kedatangan mereka dari Bali.

Komunitas itu jadi komunitas sejahtera karena berhasil menggarap pertanian, perkebunan, dan sawah. Di sisi lain, hal ini menimbulkan kesenjangan ekonomi dengan warga sekitar perkebunan di luar area komunitas Belanda Depok.

Sebuah peristiwa kelam sempat melanda komunitas Belanda Depok pada 7 hingga 13 Oktober 1945. Sekelompok orang yang mengatasnamakan pejuang revolusi menyerang komunitas tersebut beserta gereja dan lumbung pangan mereka.

”Orang-orang Depok keturunan budak Chastelein kemudian digiring sebagai tawanan dan dipaksa membawa bendera Merah Putih”, tulis Pendeta Hendrik Ongirwalu dan Pendeta Hallie Jonathans dalam buku tersebut

Layanan gereja terhenti hingga 1949 akibat peristiwa itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Megapolitan
Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Megapolitan
Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com