JAKARTA, KOMPAS.com - Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (DKPKP) DKI Jakarta Suharini Eliawati mengatakan, alasan utama harga tahu dan tempe meningkat setelah para pengrajin mogok produksi adalah harga bahan baku yang semakin tinggi.
Dia mengatakan, harga bahan baku tahu dan tempe, yakni kedelai impor, meningkat dari kisaran awal Rp 7.000 per kilogram menjadi Rp 9.200 - Rp 9.500 per kilogram.
"Meningkatnya harga bahan baku tahu-tempe, yaitu kedelai impor, dari Rp 7.000 per kilogram menjadi Rp 9.200 - Rp 9.500 per kilogram telah berdampak terhadap produksi tahu-tempe saat ini," kata Suharini melalui pesan teks, Senin (4/1/2021).
Suharini berujar, para pengrajin tahu dan tempe mogok produksi selama tiga hari agar publik memahami kenaikan harga kedelai.
Baca juga: Kedelai Mahal, Produsen Naikkan Harga dan Kurangi Panjang Tempe
Suharini menjelaskan, kenaikan harga kedela di Jakarta disebabkan oleh kenaikan harga kedelai dunia setelah China meningkatkan kuota impor kedelai sebesar 60 persen.
Sehingga, pada saat produksi kembali, para pengrajin tahu dan tempe mematok kenaikan harga sebesar 20 persen daripada harga jual sebelum harga kedelai naik.
"Pada tanggal 4 Januari 2021, DKPKP juga melakukan pemantauan tahu-tempe di pasar tradisional, dan tahu-tempe sudah ada di pasar dengan penyesuaian harga. Kenaikan harga tahu-tempe sekitar Rp 2.000 atau 20 persen," tutur Suharini.
Baca juga: Polemik Harga Tahu Tempe Melonjak, Berawal dari Keluhan Produsen soal Mahalnya Kedelai
Untuk mengendalikan harga agar tidak melambung tinggi, Suharini mengatakan, saat ini pemerintah sedang berusaha untuk menonjolkan kedelai lokal yang baru bisa mencukupi 30 persen kebutuhan kedelai di Jakarta.
Dia menyatakan sudah berkoordinasi dengan Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian terkait hal tersebut untuk menstabilkan harga tahu dan tempe di pasaran.
"Pemerintah akan menonjolkan kedelai lokal yang saat ini baru mencukupi 30 persen kebutuhan kedelai dalam antisipasi kebutuhan kedelai impor," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.