Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Depok Ungkap Selisih 5.068 Kasus Covid-19, Data Kemenkes dan Jawa Barat Lebih Sedikit

Kompas.com - 07/01/2021, 12:26 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Masalah integrasi data kasus Covid-19 dari daerah hingga pusat sampai saat ini belum terselesaikan.

Kini, giliran Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok yang melaporkan bahwa terjadi selisih yang cukup lebar antara data real-time di Depok dengan data yang ada pada Provinsi Jawa Barat dan Kementerian Kesehatan.

"Saat ini, terjadi gap (selisih) data yang cukup tinggi, sejumlah 5.068 kasus perbedaan data antara pusat dengan Kota Depok. Ini informasinya terjadi juga dengan daerah lainnya," jelas Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok Dadang Wihana, Kamis (7/1/2021).

Sebagai informasi, selisih 5.068 kasus Covid-19 diketahui berdasarkan data pada Selasa (5/1/2021) lalu.

Baca juga: Selisih Data Laporan Corona Daerah-Pusat Semakin Besar, Apa Dampaknya?

Kala itu, Depok telah mencatat 18.514 kasus Covid-19 keseluruhan, dengan rincian 14.450 pasien Covid-19 sembuh, dan 441 pasien Covid-19 meninggal.

Sementara itu, data Kemenkes hanya mencatat total 13.446 kasus Covid-19 di Depok, 10.679 sembuh, dan 204 meninggal.

Itu berarti, selain selisih 5.068 kasus positif Covid-19 (27 persen), kemudian ada selisih 3.771 pasien sembuh (26 persen).

Sementara selisih terbesar terjadi pada kasus kematian di Depok, yakni 240 kasus (54 persen) menurut data Kementerian Kesehatan.

Selisih data ini diduga terjadi dalam rantai laporan data dari tingkat kota, provinsi, lalu Kemenkes.

Baca juga: Angka Kematian Jateng Selisih hingga 1.000 Orang, Epidemiolog Ingatkan Potensi Mismanajemen Data

"Data yang digunakan salah satunya untuk menghitung zona risiko daerah oleh Satgas Pusat mengambil data dari Pusdatin Kementerian Kesehatan. Untuk kabupaten dan kota di Jawa Barat fasilitas untuk data itu memang dikendalikan oleh Pikobar Jawa Barat," tuturnya.

"Data-data kita kalau Depok itu di-publish setiap hari, jadi tidak ada dua data. Yang Kota Depok publish adalah data real-time, karena ini menyangkut keselamatan manusia," ujar Dadang.

Ia menambahkan, permasalahan ini sudah terdeteksi sejak Oktober 2020, ketika selisih data antara Depok dengan provinsi dan pemerintah pusat ada di angka 600-an kasus.

Dadang mengaku telah mengupayakan rekonsiliasi data, namun hal itu tak kunjung tercapai.

"Pusdatin (Kemenkes) sudah datang ke Kota Depok untuk melakukan rekonsiliasi data. Kita sudah sepakati bahwa dilakukan (rekonsiliasi data) karena gap-nya cukup banyak, tidak mungkin kita meng-input satu-satu," ujar Dadang.

"Ketika implementasinya, informasi dari Kemenkes, Pikobar belum memberikan akses. Kami koordinasi dengan satgas provinsi dan sampai hari ini belum ada tindak lanjut penyelesaian."

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Saat Pedagang Kecil Jaga Maruah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran Meski Sudah Jadi Sang Pemenang

Saat Pedagang Kecil Jaga Maruah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran Meski Sudah Jadi Sang Pemenang

Megapolitan
Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Megapolitan
Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Megapolitan
Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Megapolitan
Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP agar Lebih Tepat Sasaran

Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP agar Lebih Tepat Sasaran

Megapolitan
Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget 'Papi Chulo' hingga Terjerat Narkoba

Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget "Papi Chulo" hingga Terjerat Narkoba

Megapolitan
Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Megapolitan
Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com