Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Risma soal Berangkat Kerja lewat Jalur yang Berbeda-beda, Sempat Diancam Dibunuh

Kompas.com - 08/01/2021, 12:21 WIB
Walda Marison,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Dalam kunjungannya ke Balai Rehabilitasi Sosial Eks Gelandangan dan Pengemis Pangudi Luhur, Bekasi, Jumat (8/1/2021), dia bercerita alasan selalu berangkat kerja dengan jalan jalur yang berbeda-beda.

Kebiasaan itu selalu dia lakukan sejak menjabat sebagai Wali Kota Surabaya. Semua berawal ketika Risma sempat menggemparkan masyarakat kala menutup tempat prostitusi Gang Dolly.

Ketika menutup tempat prostitusi besar itu, Risma mengakui kerap dapat ancaman.

"Karena dulu kenapa saya lewat jalannya berubah-ubah, dulu misalnya saya nutup Dolly, saya diancam dibunuh, dan saya enggak punya pengamanan," kata Risma.

Baca juga: Dituding Rekayasa Blusukan di Jakarta, Mensos Risma: Bagaimana Setting? Saya Ndak Kenal

"Makanya, saya harus mengamankan diri saya, caranya adalah lewat jalur selalu berubah," kata Risma.

Kebiasaan itulah yang dia lakukan sampai saat ini. Karena kerap melewati jalan yang berbeda-beda, Risma kerap melihat pemulung dan gelandangan di berbagai tempat.

Pada saat itulah, lanjut Risma, dia secara spontan turun dari mobil dan memberikan bantuan.

Baca juga: Tudingan Warganet soal Rekayasa pada Blusukan Risma dan Fakta di Lapangan

Terkait tudingan skenario di balik pertemuan Risma dengan pemulung beberapa hari terakhir, dia pun menanggapinya dengan santai.

"Saya ndak kenal, saya mau ke Jakarta tuh mau ke mana, maksudnya saya ndak hafal jalannya. Gimana mau nyetting?" Kata Risma.

Walau dianggap rekayasa, Risma mengaku tak akan keberatan jika harus kembali membantu pemulung-pemulung yang dia temui saat beraktivitas di Jakarta.

Fakta di lapangan

Pertemuan Risma dengan dua pemulung yang bernama Kastubi dan Faisal Tanjung ini dianggap sebuah rekayasa karena beberapa temuan netizen.

Pertama, Kastubi yang dituding sebagai penjual poster Soekarno di Jalan Minangkabau, Menteng, Jakarta Pusat, dan Faisal yang disangka mempunyai smartphone.

Kompas.com pun menelusuri kebenaran informasi itu.

Pertama, pria bernama Kastubi yang ditemui Risma sedang tertidur di depan sebuah ruko bukanlah penjual poster di Jalan Minangkabau.

Baca juga: Fotonya Saat Ditemui Risma Viral dan Disangka Punya Smartphone, Faisal: Ini Walkman

Kastubi adalah seorang pemulung. Dia mengaku bertemu Risma saat sedang tertidur di depan sebuah ruko beralaskan kardus.

Setelah itu, dia dibawa Risma makan di kantin Kemensos dan kemudian dibawa ke Balai Kemensos di Bekasi. Saat ini, dia masih tinggal di situ.

Sementara itu, pedagang poster Soekarno di Jalan Minangkabau yang disebut warganet bertemu Risma bukanlah Kastubi.

Pria itu bernama Nur Saman yang sehari-hari juga bekerja sebagai pemulung.
Secara fisik, pria ini memang mirip dengan Kastubi.

Baca juga: Tunawisma Marak di Jakarta, Fraksi PDI-P: Dinsos Malas, Pemprov DKI Tak Perlu Bersilat Lidah

Sama-sama memiliki rambut putih panjang, sebelum rambut Kastubi dipangkas saat masuk ke Balai Kemensos.

Namun, jika dilihat secara saksama, pria ini bukanlah orang yang sama dalam video viral saat Risma blusukan.

Terdapat perbedaan ciri fisik, seperti kumis yang lebih tebal dan bentuk hidung.

Dari penuturan Nur Saman, dia mengaku hanya sekilas melihat kedatangan Risma saat ada seorang pejabat tiba-tiba datang melakukan razia ke pemulung-pemulung di Jalan Sudirman.

Dia hanya ingat pejabat berbaju putih yang kata rekan-rekannya adalah Risma.

Kastubi (69) saat ditemui di Balai Rehabilitasi Sosial Eks Gelandangan dan Pengemis Pangudi Luhur Bekasi, Kamis (7/1/2021).Walda Marison Kastubi (69) saat ditemui di Balai Rehabilitasi Sosial Eks Gelandangan dan Pengemis Pangudi Luhur Bekasi, Kamis (7/1/2021).

Namun, dia sama sekali tak mengenal sosok Risma. Setelah razia itu, dia dan pemulung lain juga tak ada yang dibawa.

Nur Saman masih tinggal di trotoar jalanan di sekitar Jalan Minangkabau, Menteng, yang disebut warganet tempat dia berjualan poster Soekarno.

Padahal, pemilik dan penjual poster itu adalah Doni BK yang kebetulan memang mengenal Nur Saman.

Sehingga, saat Kompas.com menanyakan soal sosok pria berambut putih yang bertemu Risma, dia pun menunjuk Nur Saman.

Sedangkan sosok Faisal yang disebut memiliki ponsel oleh warganet juga adalah seorang tunawisma.

Faisal mengaku yang dipegangnya bukanlah ponsel. Dia tak memiliki ponsel.

Barang yang dikira ponsel sebenarnya adalah walkman yang suka ia gunakan untuk mendengar siaran radio.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Megapolitan
Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Megapolitan
45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

Megapolitan
Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Megapolitan
Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Megapolitan
TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com