JAKARTA, KOMPAS.com - Kasudin Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) Jakarta Utara Unang Rustanto mengatakan, melonjaknya harga cabai dipengaruhi oleh cuaca yang buruk.
"Setiap bulan Desember pasti ada kenaikan harga. Kenapa? Karena ini terkait dengan musim hujan," kata Unang saat ditemui di Pasar Swalayan di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (8/1/2021) .
Unang menjelaskan, musim penghujan yang terjadi saat memasuki bulan Desember membuat petani cabai kerap mengalami gagal panen.
Hal tersebut memicu kelangkaan stok cabai di pasaran.
Baca juga: Pedagang di Pasar Rawa Badak Keluhkan Lonjakan Harga Cabai Rawit hingga Rp 100.000
"Karena musim hujan, risiko kegagalannya banyak. Mereka akan beralih profesi usaha di bidang lain," ujar Unang.
"Dari produsen ya memang pasti ada kelangkaan. Kalau kelangkaan, otomatis harganya akan mengalami kenaikan," lanjut dia.
Sementara itu, saat dilakukan pengecekkan di Pasar Rawa Badak, Koja, Jakarta Utara, harga cabai rawit melonjak hingga tembus Rp 100.000 per kilogramnya.
Hal itu dibenarkan oleh Wiwit (39), salah satu pedagang cabai di Pasar Rawa Badak.
Baca juga: Ada Isu Cabai Diberi Zat Pewarna, Dinas KPKP DKI Awasi Pangan di Swalayan Kelapa Gading
Wiwit mengaku, perubahan harga cabai rawit sudah terjadi sejak musim libur Natal 2020 lalu.
"Harganya turun naik, turun naik. Sejak mau Natal sudah naik," kata Wiwit Jumat sore.
Wiwit menyebut, harga normal cabai rawit sekitar Rp 35.000 per kilogram. Namun saat ini ia menjual cabai rawit seharga Rp100.000 per kilogram.
Sementara harga cabai merah masih stabil di angka Rp 60.000.
"Cabai rawit naik sampai Rp 100.000 per kilogram. Harga normalnya biasanya Rp 35.000," ucap Wiwit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.