JAKARTA, KOMPAS.com - Basarnas menerima temuan baru dari pencarian yang dilakukan oleh Polisi Perairan dan Udara (Polairud) terkait jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1/2021).
Temuan itu terdiri dari 14 bagian tubuh korban dan 53 puing peswat.
"Terima kasih atas penyerahan barang bukti kepada kami. Ada 14 bagian tubuh korban, 14 potong, kemudian ada 53 properti," kata Direktur Operasional Basarnas Brigjen (Mars) Rasman di JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (11/1/2021).
Baca juga: Polisi Sebut Nelayan Dengar Dentuman dan Lihat Air Laut Naik Saat Sriwijaya Jatuh
Dirpolair Korpolairud Baharkam Polri Brigjen Yassin Kosasih menjelaskan, semua temuan itu adalah hasil pencarian yang berlangsung sejak Minggu (10/1/2021).
"Tim SAR gabungan dari Dir Barhakam Polri, Dir Polair Polda, semejak hari Minggu sampai sore ini kami berhasil ada 14 potongan tubuh dan 53 properti terdiri dari serpihan bagian pesawat, pelampung, dan baju," ucap Yassin.
Temuan properti pesawat itu kemudian diserahkan kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Sedangkan potongan tubuh korban yang ditemukan ditangani oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri.
Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 hilang kontak di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, pada Sabtu sekitar pukul 14.40 WIB atau 4 menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.
Pesawat mengangkut 62 orang, yang terdiri dari enam kru, 46 penumpang dewasa, tujuh anak-anak, dan tiga bayi.
Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 sempat keluar jalur penerbangan, yakni menuju arah barat laut pada pukul 14.40 WIB.
Pihak Air Traffic Controller (ATC) kemudian menanyakan pilot mengenai arah terbang pesawat.
Namun, dalam hitungan detik, pesawat dilaporkan hilang kontak hingga akhirnya jatuh.
Kapolres Kepulauan Seribu AKBP Eko Wahyu menyebut, ada nelayan yang mendengar dentuman saat peristiwa itu terjadi.
Baca juga: Keluarga Korban Masih Tak Percaya Pilot NAM Air Ikut Terbang dengan Sriwijaya Air SJ 182
Tak hanya suara, kata Eko, saat itu nelayan juga melihat air laut naik hingga 15 meter.
"Jadi dia lagi melaut mendengar dentuman suara kemudian air naik dia melihat airnya naik sekitar 10 sampai 15 meter," kata Eko.
Namun, Eko menegaskan bahwa nelayan tersebut tidak melihat pesawat yang terjatuh di perairan itu.
"Dia tidak melihat pesawat, dia mendengar suara dentuman terus melihat air naik, setelah itu dia langsung kembali, baru melapor ke kapospol, takut dia kirain kan musibah apa, karena saat itu kan hujan deras," sambungnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.