Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ke-5 Pencarian Sriwijaya Air, Terhambat Cuaca Buruk hingga Kotak Hitam Tertimbun Lumpur

Kompas.com - 14/01/2021, 09:09 WIB
Ira Gita Natalia Sembiring,
Nursita Sari

Tim Redaksi

"Memang kondisinya angin kencang, sehingga akan mengganggu kegiatan operasi SAR di lokasi kecelakaan pesawat," ucap Sugari.

KRI Parang 647 serahkan 3 kantong jenazah

Prediksi BMKG sepertinya tidak meleset. Pada rabu sore menjelang malam, Basarnas menerima temuan baru dari TNI Angkatan Laut KRI Parang 647.

Komandan KRI Parang 647 Letkol Laut Hendra mengatakan, temuan itu berupa tiga kantong yang berisi barang pribadi korban dan serpihan pesawat serta satu pelek roda pesawat.

"Saya membawa temuan dari penyelam TNI AL berupa tiga kantong serpihan pesawat dan perlengkapan pribadi dari korban seperti pakaian," kata Hendra.

Baca juga: KRI Parang Serahkan 3 Kantong Berisi Barang Pribadi Korban dan Pelek Roda Pesawat Sriwijaya Air ke Basarnas

"Dan juga kami bawa sebuah pelek roda pesawat, kami serahkan ke basarnas untuk ditindak lanjuti," sambungnya.

Temuan itu kemudian diserahkan kepada KNKT untuk ditindak lebih lanjut.

Kotak hitam tertimbun lumpur

Seorang anggota tim penyelam TNI AL yang menemukan bagian kotak hitam bersama Mayor Iwan Kurniawan memberikan pernyataan baru.

Flight data recorder (FDR) atau bagian kotak hitam pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang telah dievakuasi disebut tertimbun lumpur pada kedalaman 18 meter di bawah permukaan laut saat ditemukan.

"Kami mengangkat serpihan-serpihan, kami melihat ada sebuah kotak tertanam di lumpur dan kami mengangkatnya," katanya, dikutip dari siaran langsung Kompas TV, Rabu.

Baca juga: Penyelam AL: Kotak Hitam Ditemukan Tertimbun Lumpur di Kedalaman 18 Meter

"Kami tidak tahu (benda apa), kami serahkan ke Mayor Iwan untuk diidentifikasi, selanjutnya barang tersebut dibawa ke atas. Kurang lebih 25 menit (di bawah laut), kedalaman 18 meter," sambungnya.

Diketahui sebelumnya, FDR atau bagian kotak hitam Sriwijaya SJ 182 ditemukan pada Selasa (12/1/2021) pukul 18.00 WIB.

Data terbaru temuan yang diterima Basarnas

Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya TNI (Purn) Bagus Puruhito mengungkapkan data terbaru temuan yang diterima Basarnas dari pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu.

Saat jumpa pers di JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu malam, Bagus mengatakan, pada pencarian hari kelima, terdapat penambahan dua kantong jenazah korban.

"Pada hari ini, saya melaporkan kami mendapatkan 141 kantong jenazah berisi bagian tubuh atau body parts," kata Bagus.

Temuan lain, yakni total 31 kantong yang berisi serpihan kecil pesawat dan 28 kantong potongan besar pesawat.

Baca juga: Total 141 Kantong Jenazah Korban Sriwijaya Air Dievakuasi pada Pencarian Hari ke-5

Karena angin kencang dan gelombang tinggi, operasi pencarian pada hari kelima sempat terhenti.

Sehingga, temuan tak sebanyak hari sebelumnya.

Namun, menjelang sore ketika cuaca membaik, tim SAR kembali melanjutkan pencarian dan berhasil mendapatkan penambahan temuan tersebut.

"Walaupun cuaca saya anggap tidak mendukung atau kurang mendukung, namun di sela-sela cuaca yang kadang-kadang bagus dan tidak, masih tetap semangat melaksanakan operasi pencarian atau operasi SAR," ujar Bagus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com