Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Haris, Petugas Makam TPU Tegal Alur yang Sudah Lupa Kapan Terakhir Libur Kerja

Kompas.com - 14/01/2021, 14:54 WIB
Theresia Ruth Simanjuntak,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tingginya kasus positif Covid-19 di Jakarta beriringan dengan meningkatnya jumlah kematian pasien yang terpapar penyakut itu.

Kasus Covid-19 dan orang meninggal karena virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit infeksi pernapasan itu di Jakarta melonjak, terutama pascalibur Natal dan Tahun Baru.

Rabu (13/1/2021) kemarin, kasus positif harian di DKI kembali memecahkan rekor dengan catatan 3.476 kasus.

Baca juga: Blok Makam Jenazah Covid-19 Muslim di TPU Tegal Alur Penuh, Sistem Tumpang Digunakan

Sementara itu, pada hari yang sama, jumlah pasien yang wafat karena Covid-19  juga memecahkan rekor, yaitu 45 orang.

Akibatnya, tak cuma rumah sakit, tempat pemakaman umum (TPU) juga telah penuh.

TPU Tegal Alur di Kalideres, Cengkareng, Jakarta Barat, misalnya, mulai menerapkan sistem tumpang lantaran blok makam jenazah Covid-19 muslim sudah penuh.

"Bisa (dimakamkan) dengan sistem tumpang," kata Kasatpel Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tegal Alur Wawin Wahyudi, Selasa lalu.

Tak hanya fasilitas yang sudah padat, tenaga manusia yang terlibat langsung menangani Covid-19 juga sudah kewalahan.

Hal itu diceritakan Haris Fadhilah, petugas pemakaman TPU Tegal Alur. Dia mengaku sudah lupa kapan terakhir kali merasakan libur.

"Saya sampai lupa tanggal merah dan kapan terakhir libur. Mudah-mudahan saya tetap diberikan kesehatan. Saya tidak keberatan mengabdi kepada masyarakat yang sedang berduka," ujar Haris kepada Kompas.com sembari tersenyum, kemarin.

Jam kerja meningkat

Haris, yang telah bekerja di TPU Tegal Alur sejak 2017, mengaku dirinya mengalami peningkatan jam kerja selama pandemi Covid-19.

"Sebelum pandemi, jumlah hari kerja saya dalam satu bulan itu 26 hari. Kalau sekarang, semua hari adalah hari kerja," tuturnya.

Tak hanya tanpa libur, Haris mengatakan jam kerjanya per hari juga meningkat.

"Sebelum pandemi, waktu kerja saya dari 07.30-16.00 WIB. Sekarang, jam berakhirnya bisa sampai pukul 20.00-21.00 WIB, selesai pemakaman khusus," ujar Haris.

Haris mengemukakan, jam kerjanya bertambah karena meningkatnya jumlah pemakaman yang ia tangani.

"Tahun 2019, rata-rata pemakaman sekitar 3-4 kali dalam sehari. Paling banyak 7 pemakaman. Selama pandemi, total pemakaman per hari berkisar 5 hingga yang tertinggi 15 pemakaman. Bahkan, terjadi peningkatan selama 2021 ini di mana selalu di atas 10 pemakaman," ujar dia.

Baca juga: Lebih dari 4.000 Jenazah Covid-19 Dimakamkan di TPU Tegal Alur

Patuhi prokes demi orang lain

Terlepas dari kesibukannya, Haris mengungkapnya dirinya masih bersyukur dapat bekerja di masa pandemi Covid-19.

"Yang saya cemaskan, saya tidak bisa bekerja dan tidak bermanfaat bagi orang lain. Di masa sekarang ini, tentu banyak sahabat kita yang sudah tidak bekerja lagi," ujar Haris.

"Karena itu, saya bersyukur masih diberikan kepercayaan oleh Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Barat untuk tetap mengabdi kepada instansi dan masyarakat," kata Haris.

Meski demikian, Haris berpesan kepada masyarakat untuk benar-benar mematuhi protokol kesehatan.

Karena, kata Haris, kepatuhan warga bukan cuma untuk dirinya sendiri, tapi juga orang lain.

"Patuhi protokol kesehatan sesuai aturan pemerintah. (Ini) bukan hanya untuk kita, tapi untuk keluarga dan orang lain yang ada di sekitar kita," kata Haris.

"Mudah-mudahan pendemi ini segera berlalu, dan masyarakat kita semakin sehat, kreatif, serta produktif," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com