Hidmat malah mengundang Mario melihat langsung rumah yang akan dijadikan objek tukar guling itu di Garut.
Selang beberapa hari, Mario memenuhi undangan itu. Kesepakatan pun terjadi.
"Langsung ke notaris, sudah oke, sertifikatnya dipegang, tanamannya kemudian saya kirim sekitar dua truk," kata Mario.
Total, ada sekitar 200 pot yang diborong Hidmat dari Mario. Sekitar 45-50 pot di antaranya jenis aroid di kisaran harga Rp 10 jutaan.
Mario bilang, gairahnya terhadap bisnis tanaman hias bukan baru mencuat belakangan ini karena tren.
Ia mengaku sudah menggelutinya sejak 2007.
Secara bertahap, ia coba menyuntuki aglonema dan anterium. Ia pun coba melebarkan bisnisnya tak jauh-jauh dari sana.
"Kombinasi lah, main landscape, struktur rumah kayu, interior dan eksterior, ya semua jalan satu kerjaan, satu usaha, di bidang seni lah, gitu saja," tutur Mario.
Seiring tumbuh cantiknya tanaman-tanaman itu, cintanya terhadap dunia botani, khususnya tanaman hias, juga ikut tumbuh.
Baca juga: Kesulitan Cari Tanaman Hias, Pensiunan TNI Ini Minta dari Tetangga, Kini Jadi Pemasok 10 Kios
Namun, cinta memang selalu menuntut perjuangan.
Mario tak menganggap barternya dengan rumah Rp 500 juta milik Hidmat tempo hari sebagai durian runtuh.
Bukan ketiban rezeki, katanya.
Menurut dia, itu adalah konsekuensi dari kegigihannya berjuang di bisnis ini sejak lama dengan ragam pengorbanannya.
"Perjuangannya panjang di tanaman. Awalnya cuma koleksi beberapa, lalu jadi banyak, itulah ya, ada yang dikorbankan. Ibaratnya saya jual meja ini, hanya dapat dua daun, Rp 25 juta," kisahnya.