Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemkot Bekasi Banggakan Angka Kesembuhan Pasien Covid, Pengamat: Itu Sesat!

Kompas.com - 19/01/2021, 15:41 WIB
Walda Marison,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Lagi-lagi Kota Bekasi ditetapkan sebagai zona merah Covid-19 oleh gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi menganggap predikat itu tak penting dan malah lebih fokus kepada pencapaian angka kesembuhan.

Menurut dia, angka kesembuhan yang tinggi di Kota Bekasi menandakan jajarannya dapat mengendalikan penyebaran Covid-19.

Namun tidak di mata ahli Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono.

Menurut Pandu, pemerintah salah kaprah jika menilai keberhasilan mengendalikan Covid-19 dilihat dari tingginya angka kesembuhan.

Baca juga: Bekasi Jadi Zona Merah Covid-19 Lagi, Ini Kata Wali Kota

"Itu indikator yang salah kaprah. Itu yang sering dipakai Satgas untuk kelihatannya kita bisa mengendalikan pandemi jadi saya sarankan jangan sekali lagi pakai indikator itu. Itu menyesatkan," kata dia saat dihubungi, Selasa (19/1/2021).

Menurut Pandu, pemerintah seharusnya melihat indikator lain yakni jumlah warga yang jalani tes kesehatan, pasien yang d rawat di rumah sakit, kasus terkonfrimasi dan pasien yang meninggal dalam penanganan di rumah sakit.

"Bukan angka kesembuhan. Karena kalau kesembuhan meningkat kan sebagian besar kasus orang tanpa gejala (OTG) ya sudah pasti sembuh," beber Pandu.

Baca juga: Ridwan Kamil: Kota Bekasi Paling Taat Protokol Kesehatan Se-Jabar, Depok Paling Tidak Taat

Daripada fokus ke angka penyembuhan, pemerintah seharusnya lebih fokus untuk menurunkan jumlah kasus terkonfrimasi.

Selain itu, Pandu menilai pemerintah harus serius melakukan edukasi kepada warga tentang pentingnya menggunakan vaksin.

"Yang berguna itu edukasi pada masyarakat bahwa vaksin bermanfaat untuk mencegah kematian, mencegah kalau bisa jangan kena Covid dan dirawat di rumah sakit," jelas Pandu.

Tanggapan Wali Kota Bekasi soal Zona Merah

Sebelumnya, Rahmat Effendi mengaku angka kesembuhan yang tinggi di wilayahnya cukup membuktikan jajarannya dapat mengendalikan Covid-19.

"Kita jangan lihat zona merahnya, tetapi pertama dilihat angka kesembuhannya dan kedua rendahnya angka kematian," kata pria yang akrab disapa Pepen itu, Selasa (19/1/2021).

Tak hanya itu, politisi Partai Golkar itu juga mengeklaim telah menerapkan aturan mengenai protokol kesehatan melalui Perda Covid-19 yang belum lama disahkan.

Oleh karena itu, Pepen mengimbau warganya untuk tetap menerapkan protokol kesehatan selama beraktivitas di luar rumah.

Selain itu, warga yang mengalami gejala Covid-19 juga diminta segera rapid test dan swab test.

"Kami tracing, preventif terus kami melakukan sosialisasi termasuk law enforcement terhadap perda tentang ATHB masyarakat produktif aman Covid-19," kata Pepen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan, Terbanyak di Jaktim

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan, Terbanyak di Jaktim

Megapolitan
Wanita Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari, Polisi Periksa 3 Teman Dekat Korban

Wanita Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari, Polisi Periksa 3 Teman Dekat Korban

Megapolitan
Cerita Warga Habiskan Uang Jutaan untuk Bagi-bagi THR di Hari Lebaran

Cerita Warga Habiskan Uang Jutaan untuk Bagi-bagi THR di Hari Lebaran

Megapolitan
Anggota DPRD Pertanyakan Besaran Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Anggota DPRD Pertanyakan Besaran Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Tewas Terjebak Kebakaran, Keluarga Pemilik 'Saudara Frame' Tinggal di Lantai Tiga Toko

Tewas Terjebak Kebakaran, Keluarga Pemilik "Saudara Frame" Tinggal di Lantai Tiga Toko

Megapolitan
Kadis Dukcapil: 92.432 NIK Warga Jakarta Bakal Dinonaktifkan Awal Pekan Depan

Kadis Dukcapil: 92.432 NIK Warga Jakarta Bakal Dinonaktifkan Awal Pekan Depan

Megapolitan
Sayur Mayur Membawa Berkah, Sarmini Bisa Menyekolahkan Anaknya Hingga Sarjana

Sayur Mayur Membawa Berkah, Sarmini Bisa Menyekolahkan Anaknya Hingga Sarjana

Megapolitan
Petugas Beberkan Sulitnya Padamkan Api yang Membakar Toko Bingkai Saudara Frame Mampang

Petugas Beberkan Sulitnya Padamkan Api yang Membakar Toko Bingkai Saudara Frame Mampang

Megapolitan
Polisi Ungkap Ada Karyawan Semprot Bensin untuk Usir Rayap Sebelum Kebakaran Saudara Frame Mampang

Polisi Ungkap Ada Karyawan Semprot Bensin untuk Usir Rayap Sebelum Kebakaran Saudara Frame Mampang

Megapolitan
Warga DKI Yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan ke Kantor Kelurahan

Warga DKI Yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan ke Kantor Kelurahan

Megapolitan
Jasad 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Dibawa ke RS Polri Kramatjati

Jasad 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Dibawa ke RS Polri Kramatjati

Megapolitan
Polisi Tangkap 3 Orang Terkait Penemuan Jasad Perempuan di Dermaga Pulau Pari

Polisi Tangkap 3 Orang Terkait Penemuan Jasad Perempuan di Dermaga Pulau Pari

Megapolitan
Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Megapolitan
Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Megapolitan
Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com