3. Minta solusi
Kondisi ini memaksa Mufti untuk berkirim surat kepada Pemerintah Provinsi, kantor staf kepresidenan dan beberapa kementerian menyampaikan keluhan ini.
"Kami sudah layangan surat sebagai asosiasi DKI ke Kementerian Perdagangan dan Pertanian, ke Kantor Staf Kepresidenan tertanggal 11 Januari," kata Mufti.
Baca juga: Pedagang Minta Pemerintah Terbuka Soal Ketersediaan Daging Sapi
Namun setelah satu minggu berlalu, Mufti tak mendapatkan respons apapun. Karena itu, para pedagang daging sapi sepakat untuk melakukan mogok dagang.
Kini, dia dan pedagang lain berharap diundang ke Istana untuk duduk bersama Presiden Joko Widodo menyelesaikan polemik harga daging ini.
4. Dugaan penyebab tingginya harga sapi
Menurut Mufti, akar masalah tingginya harga daging sapi karena kebijakan pemerintah Australia selaku pihak yang mengekspor ke Indonesia.
Pemerintah Australia dinilai menjual sapi dalam jumlah sedikit dan harga yang mahal.
Dengan terbatasnya jumlah sapi impor, harga daging menjadi mahal.
"Australia yang market terbesarnya sejak 30 tahun mereka semena-mena menjual dengan harga sapi tertinggi. Sapi yang dikasih Australia ke Indonesia sedikit sekali, tak cukup dengan permintaan pemerintah," terang Mufti.
"Pemerintah kita tidak bisa menekan dan mengintervensi pemerintah Aussie. Yang mana, kita dihadapkan pada pandemi, kedua dihadapkan pada nilai tukar rupiah yang lemah," tambah Mufti.
Dengan aksi ini, Mufti berharap pemerintah bisa mencari solusi agar para pedagang bisa menjual daging sapi dengan harga yang terjangkau.
"Kita tuntut solusi konkret untuk para pedagang dan pihak RPH agar sapi stoknya kembali melimpah, harganya kembali terjangkau bukan sebaliknya, malah naik," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.