JAKARTA, KOMPAS.com - Tenaga kesehatan sepertinya punya peran ganda saat bertugas, sejak masa pandemi Covid-19 melanda Tanah Air, Maret 2020 lalu.
Selain berjibaku melakukan tindakan medis, mereka juga harus menjadi saksi dari kisah-kisah pilu para pasien yang mengalami kehilangan.
Sebab, virus ini membuat para penyintasnya berjuang menguatkan diri sendiri dalam menghadapi duka dan kesedihan.
Seperti yang dirasakan Desca Tarigan, salah satu perawat di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara.
Desca yang sebelumnya perawat anak, tiba-tiba harus bertugas menangani pasien Covid-19 dengan kategori sedang dan berat.
Kepada Kompas.com, Desca mengungkapkan hal terberat yang dia rasakan selama menangani pasien-pasien tersebut.
"Paling sedih tuh kalau lihat pasien lagi butuh semangat tapi enggak ada siapa-siapa," kata Desca saat dihubungi Kompas.com, Senin (25/1/2021).
"Mau enggak mau ya kita sebagai tim medis selain kita kasih tindakan medis dan kasih semangat juga ke dia," sambungnya.
Baca juga: Kisah Penggali Kubur Jenazah Covid-19, Antara Rasa Khawatir dan Dedikasi Kerja
Desca bercerita, saat awal masa pandemi, ia pernah menangani sepasang suami istri yang terjangkit virus corona.
Saat itu, satu minggu setelah sang istri dinyatakan positif Covid-9, suaminya tiba-tiba masuk rumah sakit dalam kondisi kritis.
"Istrinya masuk itu awalnya tipes enggak tahunya Covid-19 terus satu minggu dirawat dia sudah membaik, eh suaminya masuk (rumah sakit)," tutur Desca.
Tiga hari berselang, suami dari pasien itu pun meninggal dunia karena Covid-19.
"Suaminya masuk dengan keadaan sudah kritis, tiga hari dirawat suaminya meninggal nah itu sedih banget," lanjut dia.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.