Akan tetapi, keputusan untuk langsung memanfaatkan alat ini dinilai terburu-buru. Menurut Pandu, alat tersebut seharusnya disempurnakan terlebih dahulu, baru bisa dipakai secara luas.
"Iya, semuanya terburu-buru. Semuanya itu ingin Pak Jokowi (Presiden Joko Widodo) senang. Pak Jokowi itu mendorong ada riset-riset, ada inovasi," ucap Pandu.
Dia mengingatkan agar pemerintah mengambil keputusan dengan hati-hati dan tidak menabrak prosedur. Dengan demikian, masyarakat bisa yakin apakah keputusan yang telah diambil aman dan efektif.
"Jadi ini kan kalau menteri sudah ngomong, seakan-akan valid. Menurut saya sih enggak bisa, publikasinya saja belum ada. Jadi mereka harus open. Uji coba itu harusnya disebarkan ke masyarakat luas," ujar Pandu.
Pandu menyebutkan, izin edar GeNose C19 seharusnya dimanfaatkan untuk penyempurnaan alat. Pandu khawatir, alat ini memberikan hasil negatif palsu yang dapat memengaruhi psikologi masyarakat.
Karena itu, Pandu menyarankan agar pemerintah memaksimalkan penggunaan metode tes yang saat ini digunakan.
"Jadi menurut saya, janganlah (alat) ini dipakai untuk layanan di semua moda transportasi. Boleh saja dipakai di satu tempat moda transportasi yang sifatnya bagian dari penelitian, penyempurnaan di lapangan, bukan untuk layanan publik," kata Pandu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.