Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 dan Kematian Makin Tinggi, Kenapa Kita Pilih Abai?

Kompas.com - 27/01/2021, 06:27 WIB
Ihsanuddin,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyebaran Covid-19 makin tinggi dan menembus angka kumulatif 1 juta kasus secara nasional hari ini. Di sisi lain, kapasitas rumah sakit rujukan Covid-19 makin menipis. Korban meninggal dunia berjatuhan.

Di Ibu Kota misalnya, data per 24 Januari menunjukkan ketersediaan tempat tidur isolasi untuk pasien Covid-19 hanya tersisa 14 persen.

Dari 8.055 tempat tidur yang disediakan, yang sudah terisi pasien Covid-19 sebanyak 6.954 unit, atau 86 persen dari seluruh kapasitas tempat tidur isolasi di 101 rumah sakit rujukan.

Baca juga: Cerita Pilu Perawat Saksikan Suami Istri yang Terpisah Maut karena Covid-19

Angka kritis juga terjadi pada ketersediaan tempat tidur di ruang intensive care unit (ICU). Pada tanggal yang sama, tempat tidur ICU di Jakarta terisi 84 persen dari total kapasitas yang ada.

Ada 921 pasien Covid-19 yang dirawat di ICU dari total ketersediaan 1.097 tempat tidur.

Meski masih ada kapasitas tersisa, sejumlah masyarakat mengeluhkan sulitnya mendapat pelayanan RS dan ruang ICU. Korban yang berjatuhan akibat Covid-19 pun makin tinggi.

Baca juga: Cerita Dokter soal Penuhnya RS Covid-19 di Jakarta, Mencari ICU ke Karawang hingga Pasien Dirawat di Kursi

Sebanyak 2.121 jenazah dimakamkan dengan protap Covid-19 pada periode 1-23 Januari 2021. Jumlah tersebut merupakan angka tertinggi selama pandemi Covid-19 di Ibu Kota.

Namun, di tengah kondisi krisis ini, mengapa masyarakat justru tetap abai menerapkan protokol kesehatan?

Pandemi terlalu lama

Psikolog dari Universitas Indonesia Dicky Pelupessy menilai, masyarakat saat ini cenderung abai karena pandemi yang sudah berlangsung terlalu lama.

Kasus pertama Covid-19 diumumkan pada 2 Maret 2020. Artinya, pandemi sudah berlangsung hampir 10 bulan lamanya.

"Pandemi ini hampir ulang tahun. Secara psikologis orang itu sudah mulai bosan, lelah aktivitasnya terus dibatasi selama itu," kata Dicky kepada Kompas.com, Selasa (26/1/2021).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com