"Mereka adalah teman sekantor yang menikmati liburan ke Labuan Bajo, dengan percaya diri karena hasil swab test negatif. Alhasil menikmati liburan dengan euforia dan lupa tidak berarti jika hasil swab test negatif akan negatif selamanya. Liburan akhirnya berakhir di Wisma Atlet dan menambah beban kami para tenaga medis yang sudah jungkir balik," kata dia.
Dita dan rekan-rekan tenaga kesehatan yang menyadari adanya klaster liburan Tahun Baru ini hanya dapat geleng-geleng kepala dan menghela napas sambil berkata, "Selamat datang kluster liburan".
"Cerita penambahan kasus Covid 19 ini bagi saya lebih heboh dari sinetron televisi. Menguras fisik dan emosi, karena saya tidak habis pikir mengamati pola pikir sebagian masyarakat. Pandemi belum usai, vaksinasi baru saja dimulai dan butuh waktu untuk mendapatkan kekebalan tubuh," ujarnya.
Macam-macam pertanyaan seketika terbersit dalam otak Dita.
"Apa kami tenaga medis sangat kurang mengedukasi? Kenapa sudah hampir satu tahun pandemi berlalu, masyarakat tetap bebal?" kata dia.
Dita menyadari salah menyalahkan satu sama lain memang kodrat manusia, tapi nihil gunanya dalam keadaan ini.
Menurut dia, saat ini yang dibutuhkan hanya lah kesadaran masyarakat. Sebab, hari ke hari kasus positif terus bertambah.
Di saat di beberapa negara lain sudah mulai melandai, grafik Covid-19 di Indonesia terus saja naik-naik ke puncak gunung.
"Bahkan sudah tidak tampak seperti gunung di Indonesia lagi, Gunung Everest mungkin lebih cocok," kata dia.
Di akhir tulisannya, Dita pun menyelipkan pesan kepada masyarakat.
"Masyarakat agar tidak abai. Masyarakat agar tidak ceroboh. Berapa banyak lagi pasien yang menderita, berapa lama lagi kita harus terus begini. Kluster liburan nyata. Kluster keluarga nyata. Semua ini NYATA dan SERIUS," tutup dia.
Baca juga: Rumah Sakit di Jakarta Penuh, Wisma Atlet Kesulitan Rujuk Pasien Covid-19 Gejala Berat
Koordinator Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran, Mayor Jenderal TNI dokter Tugas Ratmono sebelumnya mengakui pihaknya kesulitan merujuk pasien gejala berat ke rumah sakit rujukan Covid-19.
Sebab, ICU rumah sakit rujukan Covid-19 di Jakarta terus penuh belakangan ini.
"Ini yang tidak mudah. Karena kami pahami di ICU RS rujukan juga sangat-sangat sulit akhir-akhir ini," kata Tugas dalam talkshow di YouTube BNPB yang dikutip Kompas.com, Selasa (26/1/2021).
Oleh karena itu, Tugas mengaku pihak RS Wisma Atlet akan berupaya merawat pasien gejala berat dengan keterbatasan fasilitas yang dimiliki.