Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog Sebut Penggunaan GeNose untuk Tes Covid-19 Terburu-buru dan Tabrak Prosedur

Kompas.com - 27/01/2021, 10:57 WIB
Ivany Atina Arbi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah epidemiolog mengingatkan bahwa alat deteksi Covid-19 yang baru dikembangkan Universitas Gadjah Mada (UGM) bernama GeNose masih dalam tahap uji.

Oleh karenanya, pemerintah tidak bisa serta merta menggunakan alat tersebut untuk mendeteksi Covid-19 secara luas. Apalagi dijadikan syarat untuk melakukan perjalanan antarwilayah.

Epidemiolog: Jangan terburu-buru dan tabrak prosedur

Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengatakan, alat yang disebut bisa mendeteksi Covid-19 dari embusan napas itu harus disempurnakan terlebih dahulu sebelum digunakan secara luas.

"Semuanya terburu-buru. Semuanya ingin Pak Jokowi (Presiden Joko Widodo) senang karena Pak Jokowi itu mendorong adanya riset dan inovasi," ucap Pandu kepada Kompas.com, Selasa (26/1/2021).

Baca juga: Jadi Syarat Naik Kereta, Apa Beda GeNose, Rapid Test, dan Swab?

Ia merujuk pada kementerian yang berlomba-lomba memberdayakan sebuah inovasi baru, meskipun dalam prosesnya acap kali "menabrak prosedur kehati-hatian dan tidak memikirkan segala konsekuensinya karena tidak sempurna".

Pandu pun mengingatkan agar pemerintah dapat mengambil keputusan dengan hati-hati dan tidak menabrak prosedur.

"Ini kan kalau menteri sudah ngomong, seakan-akan valid. Menurut saya, tidak bisa begitu. Publikasi (GeNose) saja belum ada," tutur Pandu.

Ia juga berharap, pengembang dari GeNose dapat menyebarluaskan hasil uji coba alat tersebut terlebih dahulu.

"Jadi janganlah diklaim bahwa alat ini bisa menggantikan tes-tes yang sudah valid. Kalau menurut saya, alat ini masih fase eksperimental, belum selesai, jadi masih belum meyakinkan," imbuhnya.

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diketahui soal GeNose, Mulai dari Harga hingga Tingkat Akurasi

Hal yang sama disampaikan oleh epidemiolog Griffith University di Australia, Dicky Budiman.

Menurut Dicky, alat yang masih dalam tahap uji itu belum bisa dijadikan alat tes Covid-19 di tengah situasi pandemi yang sangat serius sekarang ini.

Ia menuturkan, teknologi serupa sebenarnya sudah dikembangkan lama di sejumlah negara untuk mendeteksi penyakit, seperti kanker dan diabetes.

Akan tetapi, belum ada satu negara pun yang menggunakannya, khususnya untuk pengendalian pandemi Covid-19.

"Sekali lagi dalam kondisi seperti ini kita jangan terburu-buru, sehingga bukannya meningkatkan respons terhadap pandemi, justru malah kontraproduktif," kata Dicky, Senin (25/1/2021).

Baca juga: Menakar Efektivitas Penggunaan GeNose C19 di Stasiun

Akan digunakan mulai 5 Februari

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi sebelumnya mengatakan bahwa GeNose akan digunakan mulai dari 5 Februari 2021 di stasiun kereta api jarak jauh.

Alat ini juga akan digunakan di terminal, namun pengecekan terhadap calon penumpang dilakukan secara acak.

Menhub Budi berharap penggunaan GeNose ini dapat lebih meringankan beban penumpang kereta api dan bus karena harga tes yang murah, yakni Rp 20.000.

"Katakanlah (harga tiket kereta) Jakarta-Bandung Rp 100.000, kalau mesti tes antigen Rp 100.000 lagi kan mahal. Dengan GeNose ini harganya hanya Rp 20.000," ujar Budi, Minggu (24/1/2021).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com