Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teruntuk Presiden Jokowi, Ini Suara Penyintas Covid-19 soal Klaim Pandemi Terkendali

Kompas.com - 27/01/2021, 17:08 WIB
Singgih Wiryono,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan Indonesia patut bersyukur dan bangga bisa menjadi negara yang mengendalikan krisis kesehatan dan krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19.

"Kita bersyukur Indonesia termasuk negara yang bisa mengendalikan dua krisis tersebut dengan baik," kata Jokowi, Senin (25/1/2021).

Meskipun pada data di lapangan, penyebaran Covid-19 di Indonesia justru semakin masif dan ketersediaan tempat tidur Covid-19 yang semakin kritis terjadi di Jabodetabek.

Dalam sepekan terakhir, kasus Covid-19 bertambah di angka rata-rata lebih dari 10.000 kasus per hari.

Baca juga: Jokowi: Kita Bersyukur RI Bisa Kendalikan Krisis Pandemi dan Ekonomi

Menanggapi hal tersebut, beberapa penyintas Covid-19 ikut bersuara terkait kondisi pandemi Covid-19 saat ini.

Ada yang justru merasa stres melihat kondisi Covid-19 di lapangan, yaitu warga Kota Tangerang, Mus Mulyadi yang mengaku stres setiap melihat penambahan kasus Covid-19 di Indonesia.

"Kita stres melihat kondisi seperti saat ini," kata Mus saat dihubungi melalui telepon, Rabu (27/1/2021).

Dia mengatakan, belum lagi satu persatu orang yang dia kenal meninggal dunia karena wabah Covid-19. Pada pekan ini, kata Mus, seorang guru SMP-nya dikabarkan meninggal dunia.

Baca juga: Jokowi Klaim Pandemi Terkendali, IDI Bingung Apa Indikatornya

"Waktu saya dengar itu, sampai kapan kita terus begini? Tidak ada yang tau kan," kata Mus.

Belum lagi soal uang perawatan pasien Covid-19 yang belum dibayar ke rumah sakit swasta. Mus mengaku membaca laporan dari Kompas.com terkait hal ini.

Pada ujungnya, kata Mus, kerugian akan berbalik kepada rakyat dan diderita oleh rakyat itu sendiri.

"Kan ujungnya rakyat juga yang kena," kata Mus.

Massa FPI menyambut Rizieq Shihab di jalur Puncak, Simpang Gadog, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (13/11/2020). Kedatangan Rizieq ke Pondok Pesantren (Ponpes) Alam Agrokultural Markaz Syariah DPP FPI, Megamendung, Kabupaten Bogor untuk melaksanakan salat Jumat berjamaah sekaligus peletakan batu pertama pembangunan masjid di Ponpes tersebut. ANTARA FOTO/ARIF FIRMANSYAH Massa FPI menyambut Rizieq Shihab di jalur Puncak, Simpang Gadog, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (13/11/2020). Kedatangan Rizieq ke Pondok Pesantren (Ponpes) Alam Agrokultural Markaz Syariah DPP FPI, Megamendung, Kabupaten Bogor untuk melaksanakan salat Jumat berjamaah sekaligus peletakan batu pertama pembangunan masjid di Ponpes tersebut.

Minta bersama-sama sadar protokol

Beda halnya dengan Mualim, penyintas Covid-19 yang pernah dirawat 25 hari di rumah sakit rujukan Covid-19 di Tangerang.

Mualim meminta agar semua masyarakat ikut bekerja sama agar meringankan beban pemerintah untuk menurunkan kasus Covid-19 dan angka kematian akibat Covid-19.

"Tolong pakai masker, terapkan protokol kesehatan, dan yang paling penting jangan lupa bahagia, karena imun kita itu dari kita bahagia," kata Mualim.

Baca juga: Wagub DKI: Penyebab Kasus Covid-19 di Jakarta Tinggi karena Masyarakat Jenuh

Namun bagi masyarakat yang enggan menerapkan protokol kesehatan, Mualim meminta agar pemerintah tidak segan menindak mereka.

"Kalau bisa disuntik corona saja itu mereka, biar tahu rasanya, disangka enak kena Covid," kata Mualim.

Tangkapan layar acara PDI P Bali, Sabtu (23/1/2021).Istimewa Tangkapan layar acara PDI P Bali, Sabtu (23/1/2021).

Pemerintah harus beri contoh

Sedangkan penyintas Covid asal Jakarta Barat, Mahendra meminta agar pemerintah mengurangi acara yang berbentuk seremonial yang justru membuat masyarakat merasa antipati terhadap imbauan pemerintah.

Pasalnya, pemerintah seringkali membuat acara yang mengundang wartawan dan para pejabat dengan waktu yang tidak dibatasi.

Sedangkan aktivitas warga sendiri masih terus dibatasi, baik jam dan pergerakan kegiatannya.

Baca juga: Kasus Covid-19 dan Kematian Makin Tinggi, Kenapa Kita Pilih Abai?

"Karena mereka (warga) lihat pemerintah gue aja undang wartawan undang semua-semua buat liputan. Masa gue enggak boleh keluar-keluar malam," kata Mahendra.

Selain itu, kata Mahendra, pemerintah semestinya mulai berpikir agar tidak menutup tempat usaha kecil jika tak ingin krisis ekonomi benar-benar terwujud di Indonesia.

"Satu lagi menutup tempat makan atau usaha kecil justru akan menyengsarakan mereka warga sipil, harusnya mereka (pemerintah) duduk bareng-bareng cari win-win solusi," kata Mahendra.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

Megapolitan
Kawal Aksi di Sekitar Gedung MK, 2.713 Aparat Gabungan Dikerahkan

Kawal Aksi di Sekitar Gedung MK, 2.713 Aparat Gabungan Dikerahkan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Sudah Hilang sejak 9 April 2024

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Sudah Hilang sejak 9 April 2024

Megapolitan
Perempuan Menangis Histeris di Lokasi Kebakaran 'Saudara Frame', Mengaku Ibu dari Korban Tewas

Perempuan Menangis Histeris di Lokasi Kebakaran "Saudara Frame", Mengaku Ibu dari Korban Tewas

Megapolitan
Melonjak, Jumlah Pasien DBD di Jakbar Tembus 1.124 pada April 2024

Melonjak, Jumlah Pasien DBD di Jakbar Tembus 1.124 pada April 2024

Megapolitan
JPO Cilincing yang Hancur Ditabrak Kontainer Diperbaiki, Biaya Ditanggung Perusahaan Truk

JPO Cilincing yang Hancur Ditabrak Kontainer Diperbaiki, Biaya Ditanggung Perusahaan Truk

Megapolitan
Polisi Usut Penyebab Remaja di Cengkareng Gantung Diri

Polisi Usut Penyebab Remaja di Cengkareng Gantung Diri

Megapolitan
Dari 7 Jenazah Korban Kebakaran Mampang, 2 di Antaranya Anak Laki-laki

Dari 7 Jenazah Korban Kebakaran Mampang, 2 di Antaranya Anak Laki-laki

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Pengantaran 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' ke RS Polri

Isak Tangis Iringi Pengantaran 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" ke RS Polri

Megapolitan
Kebakaran Toko Bingkai Saudara Frame Padam, Arus Lalin Jalan Mampang Prapatan Kembali Normal

Kebakaran Toko Bingkai Saudara Frame Padam, Arus Lalin Jalan Mampang Prapatan Kembali Normal

Megapolitan
Sebelum Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Ada Percikan Api Saat Pemotongan Kayu

Sebelum Toko "Saudara Frame" Terbakar, Ada Percikan Api Saat Pemotongan Kayu

Megapolitan
Kondisi Karyawan Selamat dari Kebakaran Saudara Frame, Salah Satunya Luka Bakar Hampir di Sekujur Tubuh

Kondisi Karyawan Selamat dari Kebakaran Saudara Frame, Salah Satunya Luka Bakar Hampir di Sekujur Tubuh

Megapolitan
Polisi: Ada Luka di Dada dan Cekikan di Leher Jasad Perempuan di Pulau Pari

Polisi: Ada Luka di Dada dan Cekikan di Leher Jasad Perempuan di Pulau Pari

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan, Terbanyak di Jaktim

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan, Terbanyak di Jaktim

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com