DEPOK, KOMPAS.com - Efek Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat untuk mengurangi jumlah suspek dan pasien Covid-19 di rumah sakit belum terlihat meski sudah lebih dua pekan diterapkan.
RS Universitas Indonesia (UI) di Depok, Jawa Barat termasuk salah satu rumah sakit yang terus-menerus kedatangan pasien.
"Belum ada penurunan," kata Manajer Pengembangan Bisnis RS UI Astrid Saraswaty kepada Kompas.com, Kamis (28/1/2021).
Baca juga: Cerita Dokter di RS Wisma Atlet, Jungkir Balik karena Klaster Liburan...
"Setiap hari banyak permintaan rujukan pasien Covid-19 derajat sedang-berat dari RS lain, sehari bisa 20-30 permintaan," lanjutnya.
Masalahnya, permintaan rujukan itu kecil kemungkinan untuk diterima seluruhnya.
Pasalnya, okupansi ruang perawatan pasien Covid-19 juga masih tinggi. Bahkan, instalasi gawat darurat (IGD) juga kerap penuh. Hanya sedikit slot yang tersisa.
"Jika kondisi IGD masih penuh dan ruang rawat yang dibutuhkan pasien tidak tersedia, permintaan rujukan belum dapat kami terima," kata Astrid.
"Banyak pasien yang di IGD lebih dari sehari karena belum dapat ruangan atau pasien itu belum dapat dirujuk ke RS lain," ia menambahkan.
Astrid mengakui, rumah sakit mana pun sebagai hilir penanganan pandemi Covid-19 pasti akan mengalami kesulitan sejenis apabila tingkat penularan di masyarakat tak kunjung menurun.
Baca juga: Direktur RSUD Depok: Kami Tambah ICU dan Ruang Isolasi Pasien Covid-19, Langsung Penuh Lagi
Untuk mengurangi antrean di IGD, rumah sakit akhirnya menyeleksi pasien. Pasien yang bergejala ringan diarahkan agar ke klinik rawat jalan.
Namun, selebihnya, pasien terpaksa menunggu di IGD sembari menunggu ketersediaan ruang perawatan atau rujukan di RS lain.
"Walaupun belum dapat ruang, kami tetap berikan penanganan di IGD semaksimal mungkin. Misalnya pasien yang membutuhkan perawatan dengan ventilator, dirawat dengan ventilator di IGD," jelas Astrid.
Tambahan kapasitas ruang isolasi pasien Covid-19 di rumah sakit tak sebanding dengan lonjakan kasus setiap harinya.
Direktur RSUD Kota Depok, Devi Maryori sebelumnya mengungkapkan, setiap kali pihaknya menambah kapasitas ruang isolasi terutama ICU, ruangan itu segera penuh kembali.
"Pokoknya begitu ditambah, langsung habis tuh," ujar Devi kepada Kompas.com pada Rabu (27/1/2021).
"Karena kadang-kadang kita menerima juga dari luar rumah sakit kita juga," lanjutnya.
Baca juga: RSUD Depok Akan Tambah Lagi ICU dan Tempat Tidur Isolasi Pasien Covid-19 Bulan Depan
Padahal, menambah kapasitas ruang isolasi Covid-19 tak semuda membalikkan telapak tangan.
Banyak hal yang mesti dipersiapkan, mulai dari ketersediaan peralatan hingga jumlah dokter dan perawat.
Namun, selama penambahan dipersiapkan, pasien sudah menumpuk di instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit.
Rata-rata mereka yang menumpuk di IGD mengalami gejala mirip terpapar Covid-19, baik bergejala sedang maupun berat, namun belum memiliki hasil tes PCR.
"Kita tumpuklah di IGD karena kita mau masukkan ke ruang mana kita juga bingung, kita harus masukkan ke ruangan kan yang sudah jelas. Kalau enggak kan campur-campur, ternyata dia Covid-19, atau bukan Covid-19," jelas Devi.
Ia memaparkan, pihaknya masih terus berupaya menambah kapasitas untuk pasien Covid-19.
Kota Depok sendiri baru saja mencatat 516 kasus baru Covid-19 kemarin, terbanyak sepanjang riwayat pandemi.
Masih ada 4.892 pasien Covid-19 di Depok yang harus menjalani isolasi mandiri maupun perawatan di rumah sakit. Jumlah ini juga yang tertinggi selama pandemi melanda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.