Akibat IGD yang membeludak, sebagian permintaan rujukan bahkan harus ditolak kendati pasien yang hendak dirujuk sudah bergejala sedang dan berat.
Apa mau dikata, keadaan memang jauh dari memungkinkan.
"Jika kondisi IGD masih penuh dan ruang rawat yang dibutuhkan pasien tidak tersedia, permintaan rujukan belum dapat kami terima," kata Astrid.
"Setiap hari banyak permintaan rujukan pasien Covid-19 derajat sedang-berat dari RS lain, sehari bisa 20-30 permintaan," sebutnya.
Baca juga: Rekor Baru, Depok Catat 516 Kasus Covid-19 dalam Sehari
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang sudah berlangsung 2 pekan lebih pun, diakuinya, belum berdampak.
Jumlah pasien Covid-19 yang tak kunjung surut jadi salah satu bukti.
Antrean di IGD RSUD Kota Depok seperti yang diceritakan Amelia sebenarnya sudah dilaporkan sejak akhir Desember lalu.
Saat itu, penularan Covid-19 mulai tak terkendali imbas libur panjang pada akhir Oktober 2020. Pada akhir tahun itu, jumlah pasien masih di kisaran 2.000-an, lebih dari separuh jumlah saat ini.
Imbas libur panjang Oktober yang belum tuntas malah semakin parah oleh libur panjang Tahun Baru 2021 yang membuat jumlah pasien Covid-19 melaju pesat.
Direktur RSUD Kota Depok Devi Maryori menyebutkan, upaya penambahan kapasitas rumah sakit bukannya tak dilakukan. Namun, kecepatan menambah kapasitas rumah sakit -yang harus berjalan paralel dengan mempersiapkan alat-alat, obat, hingga tenaga kesehatan-memang kalah jauh ketimbang penularan virus SARS-CoV-2 yang bertambah secara eksponensial.
"Pokoknya begitu (ruangan isolasi) ditambah, langsung habis tuh," ujar Devi kepada Kompas.com, Rabu lalu.
Devi juga angkat bicara soal penumpukan pasien di IGD RSUD Kota Depok. Menurut dia, selain karena kapasitas ruang perawatan dan ICU Covid-19 yang makin tipis, para pasien yang datang juga banyak berstatus suspect.
Artinya, mereka dicurigai telah terinfeksi virus SARS-CoV-2 (yang menyebabkan penyakit infeksi pernapasan Covid-19) menilik gejala-gejala yang mereka derita, tetapi tanpa bukti tes PCR positif Covid-19.
"Dia datang ya kami swab (PCR) dulu. Gejalanya Covid-19 saat dia datang, seperti demam, batuk, hilang indra penciuman. Tapi karena dia datang tidak membawa hasil swab, jadi ya kami tumpuk lah di IGD, karena kami mau masukkan ke ruang mana, kami juga bingung," ujar Devi.
Dalam beberapa kasus, pasien-pasien yang datang hanya berbekal surat keterangan hasil tes antigen yang bukan metode penegakan diagnosis.