Selain mempengaruhi operasional kereta api, genangan juga menghambat mobilitas pengguna jalan karena sebanyak 29 ruas jalan dilaporkan terputus.
Diperkirakan, 82 ribu meter persegi jalanan Ibu Kota rusak ringan hingga berat akibat banjir tersebut.
Total biaya rehabilitasinya ditaksir tembus Rp 12 miliar.
Baca juga: Siaga Banjir Jakarta, Pemprov DKI Keruk Waduk hingga Bangun Sumur Resapan
Ribuan pengungsi dilaporkan jatuh sakit. Hingga Februari 2007 berakhir, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat 2.674 pengungsi mengidap diare.
Sebanyak 1.674 jiwa terserang demam berdarah dengue (DBD), 9 di antaranya meninggal dunia.
Leptospirosis pun ikut menjangkiti para pengungsi. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospita interrogans ini disebarkan melalui urine hewan, seperti anjing dan tikus.
Di antara gejala leptospirosis adalah mual, muntah, meriang, sakit kepala, nyeri otot, dan diare, seperti dilansir Alodokter.
Hingga akhir Februari 2007, sebanyak 41 pengungsi diketahui menderita penyakit yang juga dikenal sebagai penyakit kencing tikus tersebut.
Baca juga: Cuaca Ekstrem Berpotensi Picu Banjir di Jakarta, Warga Diminta Waspada
Berdasarkan laporan Kompas 3 Februari 2007, diketahui bahwa salah satu penyebab utama banjir di DKI Jakarta adalah buruknya kondisi jaringan drainase.
Banyak saluran buangan air, yang sebagian besar merupakan warisan zaman Belanda, kondisinya tak terawat dan mampat oleh sampah buangan warga.
Selain itu, jaringan utilitas bawah tanah yang melintang di sepanjang jalan juga menghambat jaringan drainase Ibu Kota.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.