"Kemarin Pak Anies ketemu dengan Pak Prabowo, ngobrol hampir dua jam. Sama saya hari-hari. Jadi tidak ada masalah komunikasi. Selalu berhubungan, komunikasi terus," ujar Riza, dalam acara Aiman, di Kompas TV, Senin (1/2/2021) malam.
Riza menegaskan, Partai Gerindra berkomitmen untuk tetap mengawal Anies Baswedan hingga akhir masa jabatannya pada 2022.
"Kami mengusung dan mengawal kepemimpinan Anies-Sandi dan diteruskan oleh Anies-Riza sampai 2022," tegas Riza.
Berbeda dengan Partai Gerindra, Riza justru menilai Pilkada serentak tidak digelar bersamaan dengan Pemilu tahun 2024.
Namun, dia mengungkapkan, apabila merujuk pada UU Nomor 10 Tahun 2016, Pilkada serentak harus digelar pada tahun 2024.
"Kalau dari segi undang-undang kan jelas tidak mungkin dilaksanakan (tahun 2022 dan 2023)," ujar Riza.
Baca juga: Muncul Suara Sumbang soal Anies dan Gerindra, Ini Respons Ahmad Riza Patria
Meskipun begitu, secara pribadi, Riza tetap mendukung penyelenggaraan Pilkada serentak pada tahun 2022 dan 2023. Sebab, beban pemilu harus dibagi dan tidak digelar bersamaan dalam satu tahun.
"Tapi, kalau tanya saya pribadi, saya orang yang pernah di KPU, pernah di Komisi 2. Kalau beban politik dijadikan dalam satu kesatuan waktu, menurut saya kita nanti akan menghadapi tantangan yang tidak ringan," ujar Riza.
"Jadi, idealnya menurut saya 2024 biarlah menjadi Pilpres dan Pileg, Pilkada tidak perlu ada serentak nasional," lanjut dia.
Berbeda dengan bantahan yang disampaikan Riza, Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno justru menilai sinyal pecah kongsi antara Anies dan Partai Gerindra memang sudah terlihat.
"Memang sudah kelihatan pecah kongsi Anies dan Gerindra DKI," kata Adi kepada Kompas.com, Selasa (2/2/2021).
Oleh karena itu, peluang Anies untuk kembali mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta bisa jadi sulit. Sebab, Anies akan kesulitan mendapatkan partai pengusung.
Baca juga: Dukung Pilkada Serentak 2024, Gerindra Tegaskan Bukan untuk Jegal Anies