Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raja Pisang Nugget Terhantam Pandemi Covid-19: Dulu Populer, Kini Gulung Tikar

Kompas.com - 03/02/2021, 10:01 WIB
Ira Gita Natalia Sembiring,
Nursita Sari

Tim Redaksi

Dian Maharani (31), misalnya. Ia mengaku sudah menjadi pelanggan Raja Pisang Nugget sejak 2017.

Rani, sapaan akrabnya, mengaku bahkan sampai memasang alarm untuk memesan pisang nugget agar tidak kehabisan.

"Serius enak banget. Aku dulu sampe nyobain banyak merek pisang nugget, tapi enggak pernah ada yang ngalahin pisang nugget ini. Dulu kalau mau beli aku sampe pasang alarm biar enggak kehabisan," ujar Rani.

Penyebab gulung tikar

Namun, kejayaan itu mulai menghilang saat memasuki 2020.

Anggita mengatakan, jumlah pelanggannya mulai merosot sejak pandemi Covid-19 melanda.

Kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diberlakukan membuat Anggi kehilangan pelanggannya yang kebanyakan merupakan karyawan kantoran.

"Sebenarnya ini sudah mulai berkurangnya dari awal (masuk virus) Corona tuh pas PSBB, kami tutup tiga bulan pertama pandemi, pas buka lagi makin lama pembeli makin kurang," kata Anggi.

Baca juga: Mengenang Raja Pisang Nugget yang Bakal Tutup, Awal Merintis hingga Masa Kejayaan

Anggi yang sebelumnya bisa memproduksi 200-300 boks pisang dalam satu hari, selama pandemi pisang yang terjual tak sampai 100 boks.

Selain kehilangan pelanggan, Anggi bercerita, ia juga kesulitan mendapatkan stok pisang dari suplier.

Penjual pisang yang menjadi suplier Anggi tak lagi menyediakan stok pisang sebanyak biasanya karena pasar mulai sepi.

Cara bertahan meski omzet menurun

Kondisi tersebut membuat omzet Raja Pisang Nugget menurun drastis.

Anggi menyebutkan, dalam sehari, pada masa jayanya, Raja Pisang Nugget bisa menghasilkan omzet Rp 5 juta.

Jika dihitung, satu bulan bisa sekitar Rp 100 juta.

Namun, pada masa pandemi, omzetnya turun, hanya berkisar Rp 500.000 sampai Rp 1,5 juta per hari, atau sekitar Rp 15 juta sebulan.

Melihat usahanya yang terus tergerus karena pandemi, Anggi melakukan berbagai upaya.

Dia pernah menurunkan harga jual dari pisang yang dia jual, dari semula Rp 28.000 per boks menjadi Rp 25.000 per boks untuk semua varian rasa.

Bahkan, ia juga memberikan berbagai promo hingga satu boks dijual dengan harga Rp 22.000 saja. Hal itu membuat pendapatannya terus menurun.

"Kami mau enggak mau menurunkan harga jual sudah promo-promo," ucapnya.

Bahkan, Anggi juga beberapa kali menyuntikkan dana pribadinya untuk menyokong usahanya itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Toko 'Outdoor' di Pesanggrahan Dibobol Maling, Total Kerugian Rp 10 Juta

Toko "Outdoor" di Pesanggrahan Dibobol Maling, Total Kerugian Rp 10 Juta

Megapolitan
Dua Begal Motor di Bekasi Terancam Pidana 9 Tahun Penjara

Dua Begal Motor di Bekasi Terancam Pidana 9 Tahun Penjara

Megapolitan
Pakai Pelat Palsu TNI, Pengemudi Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal Terancam 6 Tahun Penjara

Pakai Pelat Palsu TNI, Pengemudi Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Cerita Warga 'Numpang' KTP DKI, Bandingkan Layanan Kesehatan di Jakarta dan Pinggiran Ibu Kota

Cerita Warga "Numpang" KTP DKI, Bandingkan Layanan Kesehatan di Jakarta dan Pinggiran Ibu Kota

Megapolitan
Gerindra Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Jadi Pendaftar Pertama

Gerindra Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Jadi Pendaftar Pertama

Megapolitan
Heru Budi: Normalisasi Ciliwung Masuk Tahap Pembayaran Pembebasan Lahan

Heru Budi: Normalisasi Ciliwung Masuk Tahap Pembayaran Pembebasan Lahan

Megapolitan
Pengemudi Fortuner Arogan Pakai Pelat Palsu TNI untuk Hindari Ganjil Genap di Tol

Pengemudi Fortuner Arogan Pakai Pelat Palsu TNI untuk Hindari Ganjil Genap di Tol

Megapolitan
Dua Kecamatan di Jaksel Nol Kasus DBD, Dinkes: Berkat PSN dan Pengasapan

Dua Kecamatan di Jaksel Nol Kasus DBD, Dinkes: Berkat PSN dan Pengasapan

Megapolitan
Gerindra Buka Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Tanpa Syarat Khusus

Gerindra Buka Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Tanpa Syarat Khusus

Megapolitan
Kronologi Remaja Dianiaya Mantan Sang Pacar hingga Luka-luka di Koja

Kronologi Remaja Dianiaya Mantan Sang Pacar hingga Luka-luka di Koja

Megapolitan
Jadi Tukang Ojek Sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Bakar Bisa Bikin Rumah dan Biayai Sekolah Anak hingga Sarjana

Jadi Tukang Ojek Sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Bakar Bisa Bikin Rumah dan Biayai Sekolah Anak hingga Sarjana

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Naik, Pedagang: Mungkin Belum Masa Panen

Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Naik, Pedagang: Mungkin Belum Masa Panen

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembegal Motor Warga yang Sedang Cari Makan Sahur di Bekasi

Polisi Tangkap Pembegal Motor Warga yang Sedang Cari Makan Sahur di Bekasi

Megapolitan
Tertipu Program Beasiswa S3 di Filipina, Korban Temukan Berbagai Kejanggalan

Tertipu Program Beasiswa S3 di Filipina, Korban Temukan Berbagai Kejanggalan

Megapolitan
Heru Budi Minta Kadis dan Kasudin Tingkatkan Pengawasan Penggunaan Mobil Dinas oleh ASN

Heru Budi Minta Kadis dan Kasudin Tingkatkan Pengawasan Penggunaan Mobil Dinas oleh ASN

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com