JAKARTA, KOMPAS.com - Pada tanggal 23 November 1981 pagi hari, warga di sekitar Jalan Setiabudi, Jakarta Selatan, dikejutkan dengan penemuan dua kotak karton yang berisi potongan-potongan tubuh manusia.
Dilansir dari Harian Kompas, sejumlah petugas keamanan yang pertama kali melihat isi kotak tersebut awalnya mengira bahwa potongan daging yang ada di dalamnya merupakan daging sapi.
Namun, mereka seketika terkejut saat melihat tangan manusia juga ikut terbungkus rapi bersama potongan daging yang lain.
Tim dokter dari Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia (LK UI) segera meluncur ke lokasi untuk memeriksa mayat yang terpotong-potong menjadi 13 bagian itu.
Baca juga: Kaleidoskop 2020: Kasus Kriminal Heboh, dari Tewasnya Yodi Prabowo hingga Mutilasi di Bekasi
Karena 13 potongan tubuh itu ditemukan di Jalan Setiabudi, maka kasus tersebut dikenal luas dengan sebutan "Setiabudi 13".
Ketika tim LK UI tiba di lokasi, sekitar pukul 08.30 WIB, keadaan mayat sudah mulai membusuk. Diperkirakan pembunuhan berlangsung lebih dari sehari sebelumnya.
Potongan tubuh tersebut kemudian dikirim ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM), Jakarta Pusat, pada siang harinya untuk proses identifikasi dan pemeriksaan lebih lanjut.
Baca juga: Akhir Kasus Mutilasi di Bekasi, Vonis 7 Tahun Penjara Bagi Si Remaja Manusia Silver
Menurut Mun'im Idries, salah satu ahli forensik RSCM yang memeriksa jenazah korban, si pembunuh tak hanya memotong-motong jasad korban, ia juga menyayat dan mengupas seluruh daging dari tulangnya.
Hampir seluruh daging korban disayat, kecuali bagian pergelangan dan telapak tangan. Wajah dan bagian kepalanya juga masih tampak jelas.
Diduga pemotongan dilakukan menggunakan gergaji besi karena ditemukan bekas gesekan kecil-kecil pada tulang belulang korban.
Dari pemeriksaan yang dilakukan, diperkirakan korban berusia antara 18 hingga 21 tahun, memiliki tinggi 165 sentimeter, tubuh agak gemuk dan tegap, seperti ditulis dalam buku karangan dokter tersebut berjudul Indonesia X-Files.
Beberapa tahi lalat yang bisa menjadi ciri menonjol korban juga ditemukan dan diumumkan ke masyarakat luas. Penyakit korban, yakni lubang kencing yang sangat sempit pada ujung kemaluanya, juga diumumkan.
Baca juga: Mutilasi Bekasi dan Memori Kelam tentang Ryan Jombang
Mun'im berpendapat bahwa korban "digarap" oleh lebih dari satu orang. Sebab, katanya, mengerat tulang dan mengelupasi mayat bukan pekerjaan mudah.
Beberapa petugas reserse yang dihubungi Kompas menduga, pembunuhan keji tersebut dilatarbelakangi dendam. Mayat korban sengaja diletakkan di tempat ramai agar kabar pembunuhan itu cepat tersiar.
"Si pembunuh merasa puas, dendamnya terbalas", kata petugas reserse yang tidak disebutkan namanya itu.
Hingga tulisan ini diterbitkan, belum ada satupun pihak yang dinyatakan bersalah dan bertanggung jawab atas pembunuhan dan mutilasi tersebut.
Bahkan identitas korban juga tidak terungkap meski telah ditemukan banyak petunjuk di tubuh korban.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.