Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepolisian Tak Temukan Unsur Pidana Kasus Hasil Swab Antigen Negatif Sebelum Tes di Bandara

Kompas.com - 03/02/2021, 18:12 WIB
Muhammad Naufal,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Polresta Bandara Soekarno-Hatta, Banten, tidak menemukan unsur pelanggaran pidana terkait keluarnya hasil tes antigen sebelum dilakukan swab.

Kasus itu viral di media sosial TikTok pekan lalu, kemudian diusut Kepolisian.

Kasatreskrim Polresta Bandara Soekarno-Hatta Kompol Alexander Yurikho mengatakan, peristiwa tersebut murni karena kelalaian petugas pelayanan tes antigen drive thru di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Banten.

"Yang terjadi adalah kelalaian dari para petugas operator dari layanan drive thru," papar Alexander ketika dikonfirmasi, Rabu (3/1/2021).

Baca juga: Viral Hasil Swab Antigen Negatif Sebelum Tes di Bandara Soekarno-Hatta, Begini Kronologi dan Pernyataan Farmalab

Polisi membuat kesimpulan tersebut usai melakukan pemeriksaan terhadap 11 orang.

Pihak yang diperiksa, yakni dua ahli pidana dan tiga pengguna jasa tes antigen, termasuk pengunggah video berisi hasil swab tanpa tes di TikTok, Jessica Sugiharti.

Selain itu, enam petugas dari layanan tes antigen drive thru di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.

"(Enam orang itu) running, swabber, administrator, leader, dan validator," ujar Alexander.

Alexander memberikan imbauan kepada seluruh petugas pelayanan tes Covid-19 agar kejadian serupa tak terulang.

"Berhati-hati dalam penerapan prosedur pemeriksaan kesehatan, sampai dengan munculnya surat kesehatan," papar dia.

Kronologi

Video berisi hasil swab antigen negatif tanpa tes terlebih dahulu sebelumnya viral di media sosial pada Sabtu (31/1/2021).

Baca juga: Viral, Hasil Tes Antigen Tanpa Swab di Bandara Soekarno-Hatta, Farmalab: Kelalaian Petugas

Dalam video yang diunggah pemilik akun TikTok @jessicasugiharta menampilkan tiga hasil swab yang tertera negatif.

"Kita belum di-swab kok sudah keluar hasil?" begitu tulisan dalam video tersebut.

Dalam video yang diunggahnya, Jessica membeberkan bahwa kejadian itu terjadi di layanan drive-thru Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.

Ketika tiba, ia dan teman-temannya diminta untuk menyerahkan Kartu Tanpa Penduduk (KTP) dan melakukan pembayaran sebesar Rp 200.000 per orang.

Setelah melakukan pembayaran, ketiganya menunggu selama 15-20 menit di dalam mobil. Lalu, petugas yang mengenakan alat pelindung diri (APD) mengembalikan KTP tersebut.

Si petugas juga menyerahkan tiga lembar kertas.

"Dikira kertasnya itu gue disuruh ngisi karena gue baru pertama kali swab. Terus pas gue lihat, ternyata itu hasil swab, (sementara) orangnya (petugas) sudah pergi," jelas Jessica.

Jessica dan teman-temannya masih mengira kertas tersebut nantinya akan dicoret petugas apabila ketiganya dinyatakan positif Covid-19. Sehingga, mereka lalu kembali menunggu di mobil selama 10 menit.

Baca juga: 3 Kasus Surat Tes Covid-19 di Bandara Soekarno-Hatta, dari Sindikat Pemalsuan hingga Viralnya Hasil Negatif Tanpa Swab

Lantaran tak kunjung dipanggil lagi oleh petugas, salah satu dari mereka menanyakan perihal hasil swab yang mereka terima tanpa tes.

Menurut Jessica, petugas kaget karena ia dan dua rekannya ternyata belum menjalani tes.

"Sampai akhirnya kertasnya diambil lagi sama mereka," katanya.

Setelah kembali harus menunggu sekitar 10 menit, Jessica dan teman-temannya akhirnya menjalani tes swab antigen.

"Kira-kira 10 menit sampai 15 menitan, baru hasil kita keluar. Negatif tiga-tiganya," ungkap Jessica.

Masih di lokasi tes, Jessica mengatakan dirinya sempat menegur petugas yang kemudian meminta maaf dengan alasan human error.

Dihubungi pihak laboratorium

Setelah video hasil swab negatif sebelum tes tersebut diunggah dan kemudian viral, Jessica mengaku dihubungi langsung oleh pihak laboratorium.

Penelepon juga menegaskan bahwa kejadian di Bandara Soekarno-Hatta murni human error.

Akan tetapi, Jessica membeberkan ke penelepon bahwa semestinya hal itu tidak perlu terjadi lantaran ia dan dua rekannya lebih dulu menyerahkan KTP sebelum tes.

Selain itu, penelepon yang mengaku pihak laboratorium juga meminta Jessica untuk menghapus video yang viral tersebut, mengatakan bahwa ia bisa saja menjadi saksi di kepolisian.

“Yaudah, pokoknya dia bilang kalo video ini enggak di take down, gua bisa jadi saksi di kepolisian. Gue bilang ya gue bersedia kok. Karena kejadian ini, gue enggak hoax. Gue enggak bohong,” tutur Jessica.

Pernyataan Farmalab

Dalam laporan Kompas TV, Sabtu, pihak Farmalab selaku penyedia fasilitas laboratorium tes Covid-19 telah memberikan pernyataan.

Farmalab mengungkapkan pihaknya telah menelusuri video tersebut secara internal dan investigasi di lapangan.

Hasil temuannya, mereka mengakui dan mengonfirmasi kejadian tersebut terjadi di layanan Farmalab drive-thru kawasan parking B Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.

Pihak Farmalab menegaskan, kejadian tersebut baru pertama kali terjadi dan tidak ada motif kesengajaan. Sehingga, lanjut mereka, kasus ini murni kelalaian dan keteledoran petugas.

Atas kejadian tersebut, pihak Farmalab mengaku telah meminta maaf sekaligus berterima kasih kepada pelanggan.

Lebih lanjut, pihak Farmalab melalui media relations-nya berencana ingin bermediasi dengan para pelanggan (Jessica dan rekan-rekannya) sebagai bentuk apresiasi lantaran ketiganya tidak menyalahgunakan hasil swab negatif sebelum tes itu untuk syarat melakukan perjalanan.

Guna mengantisipasi kejadian serupa, Farmalab mengetatkan aturan standar operasional prosedur (SOP) di tiap pos layanan dengan menerapkan validasi identitas secara digital.

Kepada Kompas TV, media relations Farmalab memastikan, petugas yang melakukan kesalahan tersebut telah dinonaktifkan sesuai dengan aturan perusahaan dan sedang menjalani pemeriksaan lebih lanjut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Megapolitan
Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com