JAKARTA, KOMPAS.com - Industri perhotelan di Jakarta berada di titik nadir akibat terhantam badai pandemi Covid-19.
Pengusaha bidang perhotelan berteriak meminta tolong agar bisa terus bertahan di tengah pandemi Covid-19.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jakarta Sutrisno mengatakan, industri perhotelan bisa mati jika pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) terus diperpanjang.
Sebab, PSBB di Jakarta turut berdampak terhadap pendapatan di sektor perhotelan.
“Kalau dampak pandemi Covid-19 sudah banyak diberitakan ya. Industri perhotelan dalam kondisi yang sulit, apalagi dengan PSBB yang diperpanjang-diperpanjang lagi. Saya baca mau diperpanjang sampai Maret. Kalau PSBB diperpanjang, itu industri perhotelan bisa mati,” ujar Sutrisno saat dihubungi via telepon, Kamis (4/2/2021).
Dampak pandemi Covid-19 untuk industri perhotelan tak main-main. Selain pengurangan karyawan, hotel pun ikut dijual.
Fenomena penjualan hotel muncul di Jakarta. Banyak hotel yang dijual di marketplace.
Penelusuran Kompas.com di beberapa marketplace, hotel-hotel di sejumlah kawasan di Jakarta itu dijual dengan harga bervariasi.
Ada yang dijual seharga Rp 26,8 miliar, Rp 85 miliar, hingga Rp 2,7 triliun.
Sutrisno tak menampik adanya hotel-hotel yang dijual di marketplace meski tak punya data resmi terkait hal tersebut.
Penjualan sejumlah hotel di marketplace perlu ditelusuri lebih lanjut.
Kompas.com berusaha menghubungi salah satu akun penjual hotel. Namun, hingga saat ini belum mendapatkan jawaban terkait penjualan tersebut.
“Jual hotel itu sebelum pandemi Covid-19 sudah ada. Akibat pandemi, itu lebih banyak yang jual hotel. Kalau dilihat di iklan-iklan online itu banyak sekali, sudah banyak di Jakarta,” kata Sutrisno.
Menurut Sutrisno, penjualan hotel-hotel di Jakarta di saat pandemi Covid-19 dilakukan demi menghindari kerugian.
Pasalnya, biaya operasional hotel dan pembayaran kredit tetap berjalan.