"Jangan sampai pengorbanan besar menjadi sia-sia akibat lockdown tidak efektif," kata Alphonzus.
Tak efektif
Sejumlah Ahli epidemiologi juga memberikan pandangan terkait rencana DKI Jakarta menerapkan lockdown akhir pekan.
Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman menilai, usulan lockdown atau penutupan wilayah selama dua hari di setiap akhir pekan tidak akan berpengaruh banyak terhadap penanganan Covid-19 di Indonesia, khususnya di Jakarta.
Pasalnya, kata Dicky, rata-rata masa inkubasi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 adalah 14 hari. Jika hanya ada dua hari pembatasan pergerakan, pada hari ketiga bisa terjadi penularan.
"Mungkin kurang dari 10 persen, setelah itu maju lagi kasusnya. Intinya ada fungsi (pengereman) dua hari itu, kemudian hari setelahnya akan naik lagi," kata Dicky.
Baca juga: Kadin DKI Keberatan dengan Opsi Lockdown di Akhir Pekan
Apabila pemerintah ingin menerapkan lockdown, Dicky menyarankan sebaiknya dilakukan dalam waktu dua minggu.
Jika ingin lebih maksimal, pemerintah dapat mengambil waktu satu bulan untuk seluruh daerah di Jawa-Bali yang perkembangan kasusnya makin parah.
"Biar tidak seperti main yoyo, bolak-balik (PSBB). Padahal kita tahu pandemi ini masih lama," ucap Dicky.
Epidemiolog dari Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono menilai opsi lockdown akhir pekan di Ibu Kota akan cukup efektif untuk memperlambat penularan virus corona covid-19. Namun, lockdown di akhir pekan itu harus tetap dibarengi dengan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di hari kerja.
"Jadi ada dua intervensi. Lockdown di akhir pekan bisa menambah efektifitas PSBB," kata Tri.
Baca juga: PHRI: Jika Lockdown Akhir Pekan Diterapkan, Ratusan Restoran Akan Tutup Permanen Tiap Bulan
Ia juga menyarankan agar penegakan disiplin protokol kesehatan selama PSBB terus ditingkatkan. Jika hanya mengandalkan lockdown di akhir pekan saja, maka itu tak akan efektif menekan penularan.
"Karena lockdown akhir pekan itu tidak melewati masa inkubasi 7-14 hari. Kalau cuma Lockdown dua hari tidak ada artinya," kata Tri.
Respons Pemerintah Pusat
Tak hanya para pengusaha, pemerintah pusat turut angkat bicara soal rencana DKI menerapkan lockdown akhir pekan ini. Sebab, sudah ada pesan hoaks yang menyebut Jakarta akan menerapkan lockdown akhir pekan.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Ditjen P2P Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, broadcast message tentang DKI Jakarta akan lockdown total mulai 12-15 Februari yang beredar di layanan pesan singkat WhatsApp adalah tidak benar.
Ia menegaskan, hingga saat ini pemerintah belum menetapkan kebijakan terkait lockdown di DKI Jakarta.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.