TANGERANG, KOMPAS.com - Pandemi virus SARS-CoV-2 tak kunjung usai sejak Maret 2020 di Indonesia. Merebaknya virus itu membuat perayaan Tahun Baru Imlek di Kelenteng Boen Tek Bio, Kota Tangerang, Banten, tak semeriah tahun lalu.
Sekretaris Badan Pengurus Klenteng Boen Tek Bio, Ruby Santamoko, mengaku bahwa terjadi beberapa perbedaan dalam merayakan Tahun Baru Imlek 2572 tahun 2021 ini.
Ia menyebutkan, terdapat sekitar 7.000 umat yang beribadah di dalam kelenteng saat malam Tahun Baru Imlek setiap tahunnya.
Namun, pengurus kelenteng telah mengimbau kepada umat agar melakukan ibadah di rumah masing-masing untuk perayaan Imlek tahun ini.
"Kami telah memberikan sosialisasi ke umat agar beribadah dari rumah sejak 18 Januari (2021). Kami mengimbau melalui media sosial. Ada surat edarannya juga," urai Ruby ketika dikonfirmasi, Selasa (9/2/2021).
Baca juga: Nuansa Merah yang Lekat dengan Imlek, Simbol Pengharapan Kebahagiaan
Kendati demikian, Ruby mengaku bahwa pihaknya tetap mengizinkan bagi mereka yang hendak beribadah langsung di kelenteng.
Akan tetapi, pengurus kelenteng membuat sebuah sistem baru agar tidak terjadi penumpukan di area beribadah di dalam kelenteng.
Ia memprediksi, ada sekitar 700 umat yang akan beribadah di Kelenteng Boen Tek Bio pada 11 dan 12 Februari 2021 mendatang.
"Kami membuat sistem kloter bagi umat yang hendak beribadah di dalam kelenteng ini," kata Ruby.
Baca juga: 5 Sajian Utama Saat Imlek, dari Samseng hingga Pisang Raja
"Tiap kloter, kami izinkan 20-30 orang masuk ke dalam. Lainnya, menunggu di kursi yang kami sediakan," imbuh dia.
Ia mengungkapkan, tiap umat yang hendak beribadah itu wajib melewati beberapa tahapan sebelum masuk area dalam kelenteng tersebut, seperti mencuci tangan dan pemeriksaan suhu tubuh.
"Menggunakan masker saat masuk itu juga wajib. Saat beribadah, kami sangat mewajibkan mereka untuk memakai masker. Harapannya, ya agar tidak ada klaster baru," kata Ruby.
Selain itu, dia berujar bahwa pihaknya tak lagi menyediakan konsumsi kepada umat.
Sebelum ada pandemi, sebut Ruby, pihak kelenteng berusia 337 tahun itu selalu mengadakan jamuan bersama berupa makanan vegetarian usai peribadatan umat dilakukan.
"Tahun ini, sama sekali tidak ada konsumsi yang kami sediakan. Nasi kotak juga tidak ada. Benar-benar kami imbau agar usai ibadah, mereka kembali pulang," tutur Ruby.
Ruby turut mengatakan, segala rangkaian festival saat malam Tahun Baru Imlek ditiadakan.
Baca juga: Asimilasi Budaya dan Filosofi Imlek dalam Manisnya Kue Keranjang
Misalnya, pertunjukan potehi (wayang kulit), petasan, lenong, bahkan tarian naga (barongsai) hijau khas Boen Tek Bio.
"Biasanya mulai jam 23.00 WIB menjelang malam Tahun Baru, sembari umat kongko bersama saudara, dan yang lainnya, itu saat ini tidak ada lagi (pertunjukan) barongsai dan lainnya," urai Ruby.
Terkait pengamanan sendiri, ia mengatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan lima orang pengaman saat malam Tahun Baru Imlek dan saat Tahun Baru Imlek nanti.
Selain dari pihak kelenteng, lanjut Ruby, TNI-Polri juga akan membantu mengerahkan personelnya untuk menjaga kelenteng.
"Tiap tahun, polisi pasti bantu. Kemarin juga Binmas kepolisian ke sini. Pasti mereka bantu," ucap dia.
Selain menyiapkan seluruh protokol kesehatan dan pengurangan aktivitas yang dilakukan, Ruby mengaku bahwa seluruh karyawan kelenteng tersebut telah melakukan rapid test antigen beberapa hari lalu.
Ia juga mengaku, puluhan karyawan itu akan melakukan rapid test lagi usai Tahun Baru Imlek.
"Kemarin-kemarin ini kami sudah melakukan rapid test antigen, hasilnya negatif. Nanti, pasca Tahun Baru Imlek, kami akan melakukan tes antigen lagi," kata Ruby.
Menurut Ruby, banyak umat Konghucu yang merasakan kesedihan karena tak dapat melakukan ibadah langsung di kelenteng.
"Yang merasa sedih tidak hanya umat, tapi dari kelenteng kan juga merasa sedih. Namun, mau bagaimana lagi. Ini harus dilakukan agar (virus) Covid-19 segera hilang," tutur Ruby.
Oleh karena itu, ia berharap bahwa negara Indonesia segera terbebas dari virus tersebut.
Ruby mengatakan, kegiatan menjalin silaturahmi memang penting. Namun, lanjut dia, jauh lebih penting untuk tidak bersilaturahmi terlebih dahulu dengan keluarga besar saat ini.
"Imlek memang untuk menyatukan keluarga, tapi saat ini untuk menyatukan keluarga adalah dengan tidak berkumpul. Dengan hal tersebut, mudah-mudahan tidak ada klaster keluarga," harapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.