Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perayaan Imlek di Kelenteng Tertua Tangerang, Imbauan Ibadah di Rumah hingga Tanpa Barongsai

Kompas.com - 10/02/2021, 06:06 WIB
Muhammad Naufal,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Pandemi virus SARS-CoV-2 tak kunjung usai sejak Maret 2020 di Indonesia. Merebaknya virus itu membuat perayaan Tahun Baru Imlek di Kelenteng Boen Tek Bio, Kota Tangerang, Banten, tak semeriah tahun lalu.

Sekretaris Badan Pengurus Klenteng Boen Tek Bio, Ruby Santamoko, mengaku bahwa terjadi beberapa perbedaan dalam merayakan Tahun Baru Imlek 2572 tahun 2021 ini.

Ia menyebutkan, terdapat sekitar 7.000 umat yang beribadah di dalam kelenteng saat malam Tahun Baru Imlek setiap tahunnya.

Namun, pengurus kelenteng telah mengimbau kepada umat agar melakukan ibadah di rumah masing-masing untuk perayaan Imlek tahun ini.

"Kami telah memberikan sosialisasi ke umat agar beribadah dari rumah sejak 18 Januari (2021). Kami mengimbau melalui media sosial. Ada surat edarannya juga," urai Ruby ketika dikonfirmasi, Selasa (9/2/2021).

Baca juga: Nuansa Merah yang Lekat dengan Imlek, Simbol Pengharapan Kebahagiaan

Kendati demikian, Ruby mengaku bahwa pihaknya tetap mengizinkan bagi mereka yang hendak beribadah langsung di kelenteng.

Akan tetapi, pengurus kelenteng membuat sebuah sistem baru agar tidak terjadi penumpukan di area beribadah di dalam kelenteng.

Ia memprediksi, ada sekitar 700 umat yang akan beribadah di Kelenteng Boen Tek Bio pada 11 dan 12 Februari 2021 mendatang.

"Kami membuat sistem kloter bagi umat yang hendak beribadah di dalam kelenteng ini," kata Ruby.

Baca juga: 5 Sajian Utama Saat Imlek, dari Samseng hingga Pisang Raja

"Tiap kloter, kami izinkan 20-30 orang masuk ke dalam. Lainnya, menunggu di kursi yang kami sediakan," imbuh dia.

Ia mengungkapkan, tiap umat yang hendak beribadah itu wajib melewati beberapa tahapan sebelum masuk area dalam kelenteng tersebut, seperti mencuci tangan dan pemeriksaan suhu tubuh.

"Menggunakan masker saat masuk itu juga wajib. Saat beribadah, kami sangat mewajibkan mereka untuk memakai masker. Harapannya, ya agar tidak ada klaster baru," kata Ruby.

Seorang anak memainkan salah satu karakter wayang potehi saat acara pameran Wayang Potehi di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah Selatan, Jakarta, Kamis (03/05/2018). Acara pameran dengan tema Waktu Hidupkan Kembali Potehi akan berlangsung dari tanggal 4 - 12 Mei 2018.KOMPAS.com/ANDREAS LUKAS ALTOBELI Seorang anak memainkan salah satu karakter wayang potehi saat acara pameran Wayang Potehi di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah Selatan, Jakarta, Kamis (03/05/2018). Acara pameran dengan tema Waktu Hidupkan Kembali Potehi akan berlangsung dari tanggal 4 - 12 Mei 2018.

Tanpa barongsai dan potehi

Selain itu, dia berujar bahwa pihaknya tak lagi menyediakan konsumsi kepada umat.

Sebelum ada pandemi, sebut Ruby, pihak kelenteng berusia 337 tahun itu selalu mengadakan jamuan bersama berupa makanan vegetarian usai peribadatan umat dilakukan.

"Tahun ini, sama sekali tidak ada konsumsi yang kami sediakan. Nasi kotak juga tidak ada. Benar-benar kami imbau agar usai ibadah, mereka kembali pulang," tutur Ruby.

Ruby turut mengatakan, segala rangkaian festival saat malam Tahun Baru Imlek ditiadakan.

Baca juga: Asimilasi Budaya dan Filosofi Imlek dalam Manisnya Kue Keranjang

Misalnya, pertunjukan potehi (wayang kulit), petasan, lenong, bahkan tarian naga (barongsai) hijau khas Boen Tek Bio.

"Biasanya mulai jam 23.00 WIB menjelang malam Tahun Baru, sembari umat kongko bersama saudara, dan yang lainnya, itu saat ini tidak ada lagi (pertunjukan) barongsai dan lainnya," urai Ruby.

Terkait pengamanan sendiri, ia mengatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan lima orang pengaman saat malam Tahun Baru Imlek dan saat Tahun Baru Imlek nanti.

Selain dari pihak kelenteng, lanjut Ruby, TNI-Polri juga akan membantu mengerahkan personelnya untuk menjaga kelenteng.

"Tiap tahun, polisi pasti bantu. Kemarin juga Binmas kepolisian ke sini. Pasti mereka bantu," ucap dia.

seorang kakek menggandeng cucunya untuk mengelilingi tempat ibadah kelenteng Boen Tek BioKompas.com / gabriella wijaya seorang kakek menggandeng cucunya untuk mengelilingi tempat ibadah kelenteng Boen Tek Bio

Seluruh petugas jalani rapid test

Selain menyiapkan seluruh protokol kesehatan dan pengurangan aktivitas yang dilakukan, Ruby mengaku bahwa seluruh karyawan kelenteng tersebut telah melakukan rapid test antigen beberapa hari lalu.

Ia juga mengaku, puluhan karyawan itu akan melakukan rapid test lagi usai Tahun Baru Imlek.

"Kemarin-kemarin ini kami sudah melakukan rapid test antigen, hasilnya negatif. Nanti, pasca Tahun Baru Imlek, kami akan melakukan tes antigen lagi," kata Ruby.

Menurut Ruby, banyak umat Konghucu yang merasakan kesedihan karena tak dapat melakukan ibadah langsung di kelenteng.

"Yang merasa sedih tidak hanya umat, tapi dari kelenteng kan juga merasa sedih. Namun, mau bagaimana lagi. Ini harus dilakukan agar (virus) Covid-19 segera hilang," tutur Ruby.

Oleh karena itu, ia berharap bahwa negara Indonesia segera terbebas dari virus tersebut.

Ruby mengatakan, kegiatan menjalin silaturahmi memang penting. Namun, lanjut dia, jauh lebih penting untuk tidak bersilaturahmi terlebih dahulu dengan keluarga besar saat ini.

"Imlek memang untuk menyatukan keluarga, tapi saat ini untuk menyatukan keluarga adalah dengan tidak berkumpul. Dengan hal tersebut, mudah-mudahan tidak ada klaster keluarga," harapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Megapolitan
Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com