Hal ini turut didalami oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
"Tim kita sudah memberikan yang terbaik dan kami melakukan investigasi, pendalaman kasus bersama dengan organisasi profesi," kata Widyastuti, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta kepada wartawan, Rabu.
Widyastuti mengaku bahwa hal ini menjadi salah satu perhatian pemerintah provinsi DKI Jakarta.
"Kita siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk pendalaman ini," imbuhnya.
Baca juga: Kasus Helena Lim Divaksinasi Covid-19, Polisi Panggil Pihak Puskesmas Kebon Jeruk untuk Klarifikasi
Di samping itu, IAI juga telah memanggil apoteker dari Apotek Bumi di Jakarta Barat untuk dimintai keterangan terkait kasus Helena.
Berdasarkan keterangan apoteker tersebut, sebenarnya sejak Desember, telah didaftarkan sepuluh tenaga kerja Apotek Bumi untuk mengikuti vaksinasi Covid-19.
"Sejak Desember sudah didata oleh puskesmas di wilayahnya," kata Nurul.
Dari sepuluh tenaga kerja yang terdaftar, terdapat dua apoteker, tiga asisten apoteker, dan lima tenaga penunjang.
Namun, Nurul tidak dapat memastikan apakah Helena telah terdaftar untuk menerima vaksin Covid-19 sejak Bulan Desember tersebut.
"Kelihatannya enggak (terdaftar sejak Desember). Tapi ini harus dikonfirmasi lagi, ini bukan ranah kami ya," kata Nurul.
Kemudian, pada Bulan Januari, salah seorang asisten apoteker yang bekerja di Apotek Bumi meninggal dunia terpapar Covid-19.
Menurut Nurul, ini yang memicu kekhawatiran sehingga membuat seluruh tim apotek ingin mendapatkan vaksin Covid-19.
"Karena ada yang meninggal itu, memicu kekhawatiran dan semua (tim apotek) ingin divaksin. Traumatis, teman kerja meninggal. Sehingga berbondong-bondong mendaftar," lanjutnya.
Nurul menyatakan bahwa apoteker di Apotek Bumi hanya berperan menyebarkan tautan resmi pendaftaran vaksin Covid-19.
Baca juga: Wali Kota Jakbar: Kasus Vaksinasi Covid-19 Helena Lim Jadi Bahan Evaluasi Bersama
Sementara, pendaftaran melalui tautan tersebut harus dilakukan sendiri-sendiri, karena satu akun hanya diperuntukkan untuk satu orang.