Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lika-liku Barongsai di Indonesia, Tradisi Tionghoa yang Tetap Eksis Setelah Dilarang Orba

Kompas.com - 12/02/2021, 06:07 WIB
Tria Sutrisna,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

Sampai akhirnya pertunjukan Barongsai dianggap sebagai simbol persatuan dan akulturasi budaya.

"Jadi semua masyarakat mulai dari Bekasi, Kerawang, Depok, Tangerang itu tumpah ruah ke Glodok, Jakarta. Pada saat menjelang imlek, hari H Imlek, sampai Cap Go Meh. Bahkan kemeriahannya bisa berlanjut," ungkap Azmi.

"Nah ini yang kemudian menghidupkan perekonomian, budaya, dan hubungan solidaritas. Jadi kan ada interaksi antar masyarakat," sambungnya.

Jika ditelisik sejarahnya, larangan pertunjukan Barongsai sempat terjadi pada zaman pemerintahan orde baru selama kurang lebih 32 tahun.

Seluruh kegiatan yang berkaitan dengan etnis Tionghoa dilarang seiring dengan keluarnya titah Presiden Soeharto pada 1967 silam.

Kala itu, Pemerintahan Orde Baru meragukan nasionalisme masyarakat keturunan Tionghoa, sehingga melarang seluruh aktivitasnya.

"Imlek pada masa orde baru kan tidak boleh ya. Termasuk Barongsai itu juga enggak boleh," kata Azmi yang merupakan pendiri Museum Pustaka Peranakan Tionghoa.

Menjaga eksistensi Barongsai

Larangan pertunjukan tarian tradisional etnis Tionghoa tidak langsung membuat Barongsai menghilang begitu saja dari masyarakat.

Baca juga: Jakarta Mendadak Bandeng Jelang Imlek Terjadi sejak 1850-an

Berbagai cara dilakukan oleh masyarakat dan para pegiatnya agar Barongsai yang erat dengan perayaan Tahun Baru Imlek itu tidak lepas dari ingatan masyarakat.

Azmi menceritakan, sekira tahun 1978, para pegiat Barongsai di wilayah Sumatera Utara sempat menggelar pertunjukkan Tari Barong untuk melepas rindu terhadap Barongsai.

Alasannya, ada kemiripan antara Tari Barong asal Bali dengan seni tradisional etnis Tionghoa tersebut.

"Sekitar 1978 akhir, orang-orang di Medan itu untuk mengobati rindu akan hadirnya Barongsai mengunndang Tari Barong dari Bali," kata Azmi.

"Ketika itu dimainkan, pemerintah tidak bisa melarang. Karena ini kan tradisinya orang Bali," Sambungnya.

Tidak diketahui secara pasti berapa kali cara tersebut dilakukan. Namun, Azmi menduga gelaran Tari Barong untuk mengingat kembali keberadaan Barongsai itu dilakukan berulang.

"Kayaknya itu berulang. Setiap perayaan Imlek pasti mereka lakukan. Jadi tidak hilang begitu saja, mereka punya cara untuk menjaga eksistensinya," tuturnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com