Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pesepak Bola Liga 1 Bertahan Hidup Saat Kompetisi Vakum: Banting Setir Bisnis Konfeksi hingga Jual Mahar

Kompas.com - 17/02/2021, 06:00 WIB
Theresia Ruth Simanjuntak

Penulis

Alya mengungkapkan, sang suami saat ini tak memiliki klub sejak kontraknya di Barito Putera habis.

"Kontrak Reva sudah habis. Sekarang dia enggak ada pemasukan dari mana-mana dan enggak ada klub yang mau perpanjang klub. Mereka enggak mau bikin blunder dengan kontrak pemain sementara liga belum ada," ujar Alya.

"Banyak pemain yang berstatus free transfer sekarang," lanjutnya.

Tak pelak, Reva semakin gigih dan fokus pada bisnisnya, termasuk sampai menjual aset.

Ia lebih memilih berbisnis ketimbang ikut kompetisi antarkampung (tarkam) yang beberapa pesepak bola terpaksa lakukan demi kondisi keuangan terjaga.

"Enggak berani tarkam, karena riskan juga. Bisa cedera, bahaya. Selain itu, sebelumnya di kontrak saya tertulis dilarang main tarkam. Kalau ketahuan, kena penalti," ungkapnya.

Reva merasa lebih beruntung dibandingkan rekan-rekan seprofesinya. Ia membeberkan, ada pesepak bola yang terpaksa jadi petugas keamanan demi memenuhi kebutuhan hidup.

"Banyak. Saya dapat informasi bahwa ada pemain yang pernah membela Sriwijaya FC sekarang jadi security di bank," ujar Reva.

Reva pun menambahkan, ada rekannya yang membuka warung hingga menjual sepatu bolanya demi mendapatkan uang.

"Banyak teman aku buka warung, jualan ayam. Sampai ada teman aku yang jual sepatu bolanya, lho. Mau bagaimana? Ada teman aku baru menikah, istrinya hamil muda. Bagaimana bisa memenuhi kebutuhan sementara situasi seperti ini?" ungkapnya.

Di sisi lain, Alya mengetahui adanya pemain bola yang melakukan tarkam.
"Sah-sah aja sih, kan liganya enggak jelas. Orang butuh duit kali buat makan. Emang anak istrinya enggak dikasih makan?" kata Alya.

Baca juga: Bayu Gatra Tak Menyesal Dicibir Karena Ikut Tarkam

Kritisi PSSI

Reva, dibeberkan Alya, mengalami pemotongan gaji sejak April 2020 di mana ia hanya menerima 25 persen dari angka yang tertera pada kontrak.

"Sejak April tahun lalu cuma dapat gaji 25 persen. Mungkin angkanya masih besar, tapi itu tidak cukup. Lifestyle pemain bola dengan masyarakat biasa itu beda. Atlet harus beli vitamin, suplemen, belum lagi saat harus latihan, nge-gym. Kan bayar," jelas Alya.

Persentase gaji tersebut, menurut Alya, tidak sesuai dengan imbauan PSSI kala itu yang meminta klub mengupah pemainnya sebanyak 50 persen dari kesepakatan.

"Tidak ada kejelasan dan kayak tidak dilindungi oleh PSSI. Pas (Reva) tanda tangan kontrak kedua dibilangnya liga jadi atau enggak, gaji dibayar 50 persen. Nyatanya tidak," keluhnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024

Megapolitan
Seorang Ibu Diduga Menipu, Jual Cerita Anak Sakit lalu Minta Uang Rp 300.000

Seorang Ibu Diduga Menipu, Jual Cerita Anak Sakit lalu Minta Uang Rp 300.000

Megapolitan
Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Megapolitan
Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Megapolitan
Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Megapolitan
Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Megapolitan
Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Megapolitan
Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com