Alya mengungkapkan, sang suami saat ini tak memiliki klub sejak kontraknya di Barito Putera habis.
"Kontrak Reva sudah habis. Sekarang dia enggak ada pemasukan dari mana-mana dan enggak ada klub yang mau perpanjang klub. Mereka enggak mau bikin blunder dengan kontrak pemain sementara liga belum ada," ujar Alya.
"Banyak pemain yang berstatus free transfer sekarang," lanjutnya.
Tak pelak, Reva semakin gigih dan fokus pada bisnisnya, termasuk sampai menjual aset.
Ia lebih memilih berbisnis ketimbang ikut kompetisi antarkampung (tarkam) yang beberapa pesepak bola terpaksa lakukan demi kondisi keuangan terjaga.
"Enggak berani tarkam, karena riskan juga. Bisa cedera, bahaya. Selain itu, sebelumnya di kontrak saya tertulis dilarang main tarkam. Kalau ketahuan, kena penalti," ungkapnya.
Reva merasa lebih beruntung dibandingkan rekan-rekan seprofesinya. Ia membeberkan, ada pesepak bola yang terpaksa jadi petugas keamanan demi memenuhi kebutuhan hidup.
"Banyak. Saya dapat informasi bahwa ada pemain yang pernah membela Sriwijaya FC sekarang jadi security di bank," ujar Reva.
Reva pun menambahkan, ada rekannya yang membuka warung hingga menjual sepatu bolanya demi mendapatkan uang.
"Banyak teman aku buka warung, jualan ayam. Sampai ada teman aku yang jual sepatu bolanya, lho. Mau bagaimana? Ada teman aku baru menikah, istrinya hamil muda. Bagaimana bisa memenuhi kebutuhan sementara situasi seperti ini?" ungkapnya.
Di sisi lain, Alya mengetahui adanya pemain bola yang melakukan tarkam.
"Sah-sah aja sih, kan liganya enggak jelas. Orang butuh duit kali buat makan. Emang anak istrinya enggak dikasih makan?" kata Alya.
Baca juga: Bayu Gatra Tak Menyesal Dicibir Karena Ikut Tarkam
Reva, dibeberkan Alya, mengalami pemotongan gaji sejak April 2020 di mana ia hanya menerima 25 persen dari angka yang tertera pada kontrak.
"Sejak April tahun lalu cuma dapat gaji 25 persen. Mungkin angkanya masih besar, tapi itu tidak cukup. Lifestyle pemain bola dengan masyarakat biasa itu beda. Atlet harus beli vitamin, suplemen, belum lagi saat harus latihan, nge-gym. Kan bayar," jelas Alya.
Persentase gaji tersebut, menurut Alya, tidak sesuai dengan imbauan PSSI kala itu yang meminta klub mengupah pemainnya sebanyak 50 persen dari kesepakatan.
"Tidak ada kejelasan dan kayak tidak dilindungi oleh PSSI. Pas (Reva) tanda tangan kontrak kedua dibilangnya liga jadi atau enggak, gaji dibayar 50 persen. Nyatanya tidak," keluhnya.