JAKARTA, KOMPAS.com - Fotografer Ari Wibisono ingin agar Arbain Rambey, fotografer senior, meminta maaf atas tuduhan memanipulasi foto suasana Kemayoran, Jakarta, yang berlatar belakang Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat.
Ia berharap Arbain bisa menghubungi dirinya untuk membahas polemik fotonya jika memiliki iktikad baik.
Ari ingin masalah ini segera selesai.
“Saya ingin Mas Arbain Rambey meminta maaf karena polemik foto Gunung Gede Pangrango ini telah menyangkut nama baik,” ujar Ari saat berkunjung ke Redaksi Kompas.com, Kamis (18/2/2021) sore.
Baca juga: Ari Wibisono Bantah Tuduhan Arbain Rambey Manipulasi Foto Kemayoran Berlatar Gunung Gede Pangrango
Ari datang ke Kompas.com untuk membuktikan bahwa foto tersebut bukan foto hasil penggabungan dua foto alias "tempelan" seperti yang dituduhkan Arbain Rambey.
Ari memastikan hanya sekali hunting foto di flyover Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (17/2/2021) pagi.
“Foto Gunung Gede Pangrango itu saya ambil satu kali. Jadi bukan foto tempelan atau dua foto dijadikan satu,” kata Ari.
Ari mengatakan, foto tersebut diambil saat dirinya pergi mengantarkan istrinya bekerja.
Ia bercerita, hujan turun pada Selasa (17/2/2021) malam. Biasanya, langit akan cerah setelah hujan.
“Akibat hujan pada malam hari sebelum saya motret, cuaca lebih sejuk sehingga hari itu lebih cerah,” ujar Ari.
Baca juga: Bantah Foto Tempelan, Ini Proses Ari Wibisono Memotret Gunung Gede Pangrango dari Kemayoran
Ia mengatakan, pukul 06.20 WIB sampai pukul 07.00 WIB, Gunung Gede Pangrango masih terlihat jelas dari atas flyover Kemayoran.
"Jelang jam 07.30 WIB, gunung mulai hilang pelan-pelan," ujar dia.
Pada saat itu, Ari memotret sebanyak 20 kali dengan pengaturan manual yang berbeda. Ia memakai kamera Nikon dengan lensa 55-300 mm, dibantu tripod.
Ari menyebutkan, dari 20 foto yang diambil, hanya ada satu foto Gunung Gede Pangrango yang terbaik, menurut dia.
“Dan hanya satu foto yang setingannya yang pas menurut saya komposisinya. Nah, saya pilihlah foto itu menurut saya yang terbaik untuk saya upload di Instagram saya @wibisono.ari,” tambah Ari.
Kompas.com sudah mencoba menghubungi Arbain untuk meminta komentar. Namun, hingga berita ini diturunkan, ia belum merespons.
Sementara itu, Produser Program Kamar Gelap Kompas.com, Dino Octaviano, telah menganalisis file foto pemandangan Gunung Gede Pangrango milik Ari yang dituduh sebagai hasil manipulasi.
Dino menggunakan metode pengecekan metadata EXIF foto dan pengecekan kualitas pixel foto lewat lewat aplikasi olah digital Photoshop.
“Kalau dari saya pribadi, sekali lagi ya, ini subyektif. Opini yang saya dapat setelah menganalisis foto Mas Ari berdasarkan pengecekan metadata, ada juga metode untuk pengecekan kualitas piksel. Memang saya tak menemukan tak ada indikasi bahwa foto ini foto manipulasi,” ujar Dino saat syuting program Kamar Gelap di Redaksi Kompas.com.
Baca juga: Jawab Arbain Rambey, Ari Wibisono Buktikan Foto Gunung Gede Pangrango Bukan Tempelan
Ia mempersilakan jika ada fotografer lain yang ingin menentukan foto itu hasil penggabungan dua foto atau tidak.
Dino tak menampik ada yang lebih berkapasitas daripada dirinya.
“Cuma saya pribadi bisa bilang ini berdasarkan analisis, bukan sekadar melihat,” tambah Dino.
Polemik ini muncul setelah Arbain mengomentari foto karya Ari yang diunggah akun Twitter Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta @dinaslhdki.
"Ini foto tempelan. Untuk dapat Pangrango segede gitu, butuh tele panjang lalu motret dari jauh. Melihat perbandingan mobil depan dan belakangnya, jelas tak memakai tele panjang," tulis Arbain di akun Twitter-nya @arbainrambey.
Ini foto tempelan. Untuk dapat Pangrango segede gitu, butuh tele panjang lalu motret dari jauh. Melihat perbandingan mobil depan dan belakangnya, jelas tak memakai tele panjang https://t.co/jWWQZy9xop
— Arbain Rambey (@arbainrambey) February 17, 2021
Arbain meyakini ukuran Gunung Gede Pangrango di foto seharusnya tidak sebesar itu jika melihat ukuran jalan.
Arbain juga memperjelas foto "tempelan" yang dia maksud, yakni dua foto dijadikan satu.
"Tempelan....dua foto beneran dijadiin satu foto bo'ongan," kata Arbain menjawab komentar netizen.
"Saya bukan bilang gunungnya gak ada loh...saya bilang ukuran gunung Pangrangonya tak segede itu di bidang fotonya kalau jalan di bawahnya perspektifnya seperti itu," kata dia.
"Ini twit yang semoga penghabisan untuk polemik foto gunung:
Perspektif gunung ke foreground gak nyambung dgn perspektif mobil2 yg tampak. Gunung ke foreground itu compactionnya gila2an (tele panjang buanged). Sedangkan perspektif mobil2 itu tampak pakai tele pendek," tulis Arbain.
"Akhir diskusi ini sederhana...memang backgroundnya jadi tempelan karena olahdigital yang kelas berat seperti di foto yang disebut aslinya ini...," tambah dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.