Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curah Hujan Ekstrem Landa Jabodetabek Sejak Kamis, Ini Penjelasan BMKG

Kompas.com - 20/02/2021, 13:48 WIB
Sonya Teresa Debora,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati mengungkapkan bahwa curah hujan ekstrem mengguyur Jabodetabek sejak Kamis (18/2/2022) hingga hari ini Sabtu (20/2/2021).

"Dua hari terakhir, yaitu tanggal 18-19 Februari 2021, wilayah Jabodetabek diguyur hujan secara merata dengan intensitas lebat hingga sangat lebat," kata Dwikorita dalam konferensi pers, Sabtu.

"Lebat itu lebih dari 50 mm (per hari), sangat lebat 100-150 mm (per hari). Dan kondisi curah hujannya ekstrem. Jadi plus kondisi ekstrem yaitu curah hujan mencapai lebih dari 150 mm semuanya dalam waktu 24 jam," ujar dia.

Dwikorita memaparkan bahwa hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor.

"Pertama, pada tanggal 18 hingga 19 Februari termonitor adanya aktivitas seruakan udara yang cukup signifikan," ucapnya.

Baca juga: BMKG: Hujan Berintensitas Lebat Masih Dapat Terjadi Hari Ini

Seruakan udara yang signifikan ini mengakibatkan peningkatan pembentukkan awan hujan di wilayah Indonesia bagan barat.

Faktor kedua adalah adanya aktivitas gangguan atmosfer di zona ekuator yang sering disebut sebagai aktivitas equatorial rossby.

Dwikorita mengungkapkan bahwa gangguan ini mengakibatkan terjadinya perlambatan dan pertemuan angin.

"Ada perlambatan dan pertemuan angin dari arah Utara ini kebetulan terjadinya itu tepat melewati Jabodetabek," kata Dwikorita.

"Di situlah terjadi peningkatan intensitas pembentukan awan hujan yang akhirnya terkondensasi, lalu turun sebagai hujan dengan intensitas tinggi," tuturnya.

Faktor ketiga, adalah adanya tingkat labilitas dan kebasahan udara di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat.

Baca juga: Banjir Jakarta, BMKG: Waspada Hujan Hari Ini dan 4 Hari ke Depan

Hal ini mengakibatkan peningkatan potensi pembentukan awan-awan hujan di Jabodetabek.

"Jadi tingkat labilitas dan kebasahan udara yang berpengaruh dalam peningkatan curah hujan," ucap Dwikorita.

Faktor terakhir adalah terpantaunya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian utara yang membentuk pola konvergensi di sebagian besar Pulau Jawa.

Menurut Dwikorita, hal tersebut berkontribusi juga dalam peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah jawa bagian barat termasuk Jabodetabek.

Kombinasi keempat faktor tersebut yang menyebabkan Jabodetabek dilanda hujan deras secara konstan sejak Kamis.

Tak hanya hujan deras, sejak Kamis lalu banjir juga melanda sejumlah wilayah Jakarta.

Baca juga: 7 Daerah di Jatim Berstatus Siaga Bencana, Ini Peringatan dan Imbauan BMKG

Adapun, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto memaparkan ada tiga faktor utama yang menyebabkan banjir tersebut.

"Disebabkan tiga faktor kalau dari sisi air, yaitu hujan yang jatuh di sekitar Jabodetabek itu bermuara ke Jakarta,"kata Guswanto dalam kesempatan yang sama.

Faktor selanjutnya adalah curah hujan tinggi yang terjadi di Jakarta sendiri.

Sementara faktor ketiga pasang naik air laut di Jakarta Utara.

"Ketiganya terakumulasi ini menjadi perhatian bagi DKI, tentunya di isamping faktor pendukung lainnya," ucapnya.

Dwikorita kemudian mengimbau warga untuk tetap tenang namun waspada akan potensi bencana yang dapat timbul.

Masyarakat juga diimbau memonitor informasi dari sumber otorotas resmi agar informasi dapat dipertanggungjawabkan.

"Serta, mohon beradaptasi dengan prediksi dan peringatan dini cuaca," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Minta Usut Tuntas Kasus Kematian Akseyna, BEM UI Akan Bersurat ke Rektor UI dan Polres Depok

Minta Usut Tuntas Kasus Kematian Akseyna, BEM UI Akan Bersurat ke Rektor UI dan Polres Depok

Megapolitan
Tanda Duka Cita, Mahasiswa UI Peringati 9 Tahun Kematian Akseyna

Tanda Duka Cita, Mahasiswa UI Peringati 9 Tahun Kematian Akseyna

Megapolitan
500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

Megapolitan
Soal Peluang Maju Pilkada DKI, Heru Budi: Hari Esok Masih Penuh Misteri

Soal Peluang Maju Pilkada DKI, Heru Budi: Hari Esok Masih Penuh Misteri

Megapolitan
Sopir Truk Akui Kecelakaan di GT Halim karena Dikerjai, Polisi: Omongan Melantur

Sopir Truk Akui Kecelakaan di GT Halim karena Dikerjai, Polisi: Omongan Melantur

Megapolitan
Sebelum Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR, Petugas Sudah Pernah Tegur Pelaku Pungli

Sebelum Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR, Petugas Sudah Pernah Tegur Pelaku Pungli

Megapolitan
Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum 'Update' Kasus Kematian Akseyna

Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum "Update" Kasus Kematian Akseyna

Megapolitan
Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Megapolitan
Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Megapolitan
Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Megapolitan
Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Megapolitan
Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Megapolitan
Singgung 'Legal Standing' MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Singgung "Legal Standing" MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Megapolitan
Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Megapolitan
Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com