"Dia kan pegawai negeri di kotamadya Bogor. Dia bekerja sampai jam 14.00 WIB. Nah, setelah itu dia bekerja paruh waktu sebagai arsitek. Dia bekerja bukan cuma di waktu kerja, tapi juga sampai malam bahkan hingga subuh," urai Panogu.
"Dulu saya sering bertemu tetangga-tetangga di sini bercerita, kalau lampu (rumah Friedrich) nyala jam 04.00, wah Silaban lagi kerja," lanjutnya.
Baca juga: Masjid Istiqlal yang Mendobrak Desain Tradisional di Masanya. . .
Friedrich diketahui telah memiliki puluhan karya di Indonesia.
Namun, desain Masjid Istiqlal-lah yang membuat Friedrich mendapat tanda kehormatan dan tanda jasa dari pemerintah.
Dia pun menjadi arsitek favorit Soekarno. Bahkan, sang Presiden kerap ingin bertamu ke rumah Friedrich di Bogor.
"Suatu saat, Bung Karno minta dong: 'Masa kamu saja yang ke rumah saya, Sil (Silaban). Saya sekali-kali ke rumah kamu dong'. Betapa paniknya dia (Friedrich). Kan rumah gubuk begini, masa seorang Presiden mau datang?" cerita Panogu.
"Jadi, dia (Friedrich) menolak (dan bilang): 'Nanti saja. Kalau rumah saya sudah dibangun, Bapak boleh datang'," tambahnya.
Soekarno, lanjut Panogu, akhirnya bisa bertamu ke rumah Friedrich di Bogor pada 1961, tiga tahun setelah Friedrich memutuskan membangun rumah.
"Soekarno tahu (rumah Friedrich telah dibangun): 'Nah, dulu bilang kalau rumahnya udah jadi boleh datang'. Jadi, dia datang. Saya masih umur 3 tahun," ujar Panogu.
Friedrich Silaban tutup usia pada 14 Mei 1984 di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, karena komplikasi penyakit pada umur 72 tahun.
Sampai akhir hayatnya, menurut Panogu, ada sejumlah desain karya Friedrich yang tidak dibangun dan sampai sekarang masih disimpan oleh Keluarga Silaban.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.