"Marilah kita membuat masjid Jami' yang bisa tahan seribu tahun, dan marilah kita, agar supaya kita mendirikan masjid Jami' yang tahan seribu tahun itu, janganlah berpikir dalam istilah kayu dan istilah genteng, jangan kita membikin masjid yang... ya, seperti masjid manalah... masjid Cianjur atau masjid Cipanas atau masjid Sukabumi atau masjid kota-kota kecil. Ini masjid Jamil kota Jakarta. Jikalau kita membuatnya sekadar dengan genteng, sekadar dengan kayu, dalam tempo seratus-dua ratus tahun sudah lapuk, sudah rubuh," kata Soekarno.
Dia kemudian memberikan pertimbangan pada para ulama dan tokoh Islam saat itu agar membangun masjid Jami' yang bisa kokoh, tahan dimakan zaman.
Untuk itu, kata Soekarno, masjid Jami' yang kini bernama Masjid Istiqlal harus dibangun dari kerangka besi, dari beton, pintu dari perunggu, dan lantai dari batu pualam.
Baca juga: Arsitek Masjid Istiqlal, Diandalkan Soekarno dan Dipinggirkan Rezim Orde Baru
Pada akhirnya ucapan Soekarno yang sudah berlalu selama 17 tahun akhirnya benar-benar terwujud dalam pemancangan tiang Masjid Jami' Istiqlal pertama 24 Agustus 1961.
Saat itu Soekarno mengatakan, Masjid Istiqlal menjadi masjid terbesar di Asia Tenggara dan mengalahkan masjid-masjid besar lainnya di negara-negara mayoritas muslim lainnya di Turki dan Mesir.
"Maka saudara-saudara, sebagai saudara-saudara baca di surat kabar, mungkin sekali masjid Jami' yang akan datang ini adalah masjid yang terbesar di seluruh dunia. Sudah nyata jikalau sudah jadi, masjid ini adalah masjid yang terbesar di seluruh Asia Tenggara, tetapi mungkin sekali dia adalah yang terbesar di seluruh dunia, lebih besar daripada masjid di Istanbul atau di Kairo saudara-saudara," ucap Soekarno.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.