Menurut Sri, ketinggian daratan Jakarta memang lebih rendah dibanding Depok sehingga tak heran limpahan air akan mengalir dari hulu menuju Ibu Kota.
"Ya kan kita tahu, kata Pak Anies enam jam kemungkinan dari Bogor sampai ke Jakarta. Ya, memang dari atas turun terus ke Cibinong, terus turun ke Depok, turun ke Condet, dan masuk ke Jakarta. Artinya ya memang seperti itu air turun dari atas ke bawah," ungkapnya.
"Ya memang kondisi topografi DKI Jakarta itu posisinya ada di bawah, memang risikonya itu," lanjut Sri.
Oleh karena itu, menurut Sri, pemerintah daerah seharusnya mempercepat penanganan banjir yang hampir pasti terjadi pada puncak musim hujan seperti sekarang.
Baca juga: Banjir Jakarta, Persiapan Tempat Isolasi Covid-19 untuk Wanita Hamil Terganggu
"Nah, inilah yang memang menjadi catatan bagi kita semua. Artinya, memang kalau air sudah kelebihan di Depok atau Bogor, larinya ke wilayah yang rendah yaitu ke Sungai Krukut," kata Sri.
Berbeda dengan Anies, Pakar Tata Kelola Air dari Universitas Indonesia Firdaus Ali menilai banjir di Jakarta disebabkan sistem drainase yang buruk.
"Khusus kawasan Jabodetabek, curah hujan yang tinggi tadi malam sampai jalan tol juga terkena (banjir). Itu terlihat ada sistem drainase kita yang tidak berfungsi dengan baik untuk mengantisipasi curah hujan yang relatif tinggi ini," kata Firdaus dalam tayangan Kompas TV, Sabtu pagi.
Oleh karena itu, kata Firdaus, Pemprov DKI seharusnya sudah mampu mengantisipasi banjir dengan membenahi sistem drainase kota.
"Kita tidak bisa menolak hujan dan mengendalikan intensitasnya. Yang bisa dikelola apa? Kemampuan kita mengelola (sistem drainase) sehingga tidak menjadi bencana," ujarnya.