Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pekerja Usher di Tengah Pandemi Covid-19: 8 Bulan Tanpa Pemasukan karena Tidak Ada Event

Kompas.com - 23/02/2021, 09:55 WIB
Theresia Ruth Simanjuntak

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 di Indonesia selama nyaris setahun terakhir telah berdampak pada pekerjaan masyarakat di berbagai sektor usaha.

Pelaku industri di bidang event organizer atau penyelenggara acara, misalnya.

Saat ini, sulit bagi mereka untuk mengadakan acara yang menimbulkan kerumunan karena pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) seperti yang diterapkan di DKI Jakarta.

Baca juga: Cerita Para Guru Honorer, Dilema antara Gaji Rendah dan Pengabdian Tanpa Kepastian

Pelaku usaha di bidang itu pun berganti strategi dengan menggelar acara secara virtual atau online.

Perubahan strategi itu masih dirasa merugikan bagi pekerja lepas atau freelance seperti usher.

Hal itu diungkapkan perempuan berinisial DYS, warga Duren Sawit, Jakarta Timur yang berprofesi sebagai usher.

"Sekarang, event memang sudah mulai jalan lagi setelah beberapa bulan tidak ada. Tapi kan secara online. Mereka enggak butuh usher. Jasa kita enggak benar-benar diperlukan kalau online," kata DYS kepada Kompas.com, Jumat (19/2/2021).

Dijelaskan DYS, usher bertugas seperti penerima tamu dalam acara offline.

"Usher itu tugasnya kayak penerima tamu di acara-acara seperti pernikahan, gathering perusahaan, atau seminar, pemerintahan, dan sebagainya," ujar DYS.

Diakui DYS, profesinya kini terpuruk akibat pandemi Covid-19.

"Parah, sih. Benar-benar terpuruk. Sejak dibilang ada virus corona dari Maret 2020 lalu, event langsung stop semua. Selama kurang lebih delapan bulan, tidak ada pemasukan sama sekali karena event dilarang pemerintah. Jadi, benar-benar terpuruk," paparnya.

Setelah 8 bulan, DYS sempat mendapatkan pekerjaannya lagi pada akhir 2020.

"Mulai (dapat job) lagi pas akhir tahun 2020, Oktober, November, Desember. Tapi, itu juga masih jarang. Sebulan cuma dapat satu event. Sekarang, enggak ada event lagi karena pemerintah memperketat lagi (PPKM). Jadi, berhenti lagi. Enggak ada pemasukan," urainya.

Saat akhirnya sempat bekerja lagi, ada satu perbedaan yang DYS rasakan, yakni kewajiban menerapkan protokol kesehatan.

"Kita terapkan protokol kesehatan, mulai dari jaga jarak. Untuk usher dan semua kru lapangan, kita harus tes swab antigen sebelum acara. Bagi yang (hasil tes) negatif, boleh lanjut ikut acara. Untuk yang positif dilarang," jelas DYS.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com