Sebab, ia merupakan pedagang gas elpiji, air minum, hingga sembako.
Oleh karena itu, ia mengatakan bahwa logistik selama beberapa hari ini masih tercukupi.
"Nasi, tinggal dari beras saja. Nambahin kecap, saya sudah bisa makan," kata perempuan yang telah menempati rumahnya sejak 30 tahun lalu itu.
Baca juga: 15.000 Warga Kota Tangerang Jadi Korban Banjir, Mayoritas di Kecamatan Periuk
"Sampai tadi pagi, saya enggak pernah dapat makanan atau logistik gitu dari pemerintah. Tadi itu yang ngasih polisi kalau enggak salah," imbuh Maria.
Meskipun kebutuhannya masih tercukupi, ia khawatir akan kehabisan stok makanan bila banjir tak kunjung surut.
Selama kebanjiran, Maria kerap melihat rembulan pada malam hari atau melihat ikan di aliran banjir sebagai penghilang suntuk karena listrik di wilayahnya dimatikan hingga saat ini.
"HP baterainya sudah habis. Listrik juga enggak ada. PB (power bank) sudah habis. Ya, karena lingkungan sini gelap banget, bulannya jadi sangat terang. Saya sih cukup ngelihat itu, sama ngelihat ikan-ikan loncat-loncat di banjir," tutur dia.
Walau kerap dilanda banjir setiap tahunnya, Maria mengaku tak akan menjual rumahnya.
Baca juga: Banjir di 3 RW di Periuk Kota Tangerang Tak Kunjung Surut, Gubernur Banten Diminta Turun ke Lapangan
Sebab, kata Maria, terlalu banyak kenangan di rumah tersebut.
"Saya enggak mau pindah, apalagi ngejual rumah ini. Saya sudah 30 tahun di sini, banyak memorinya," tutur dia.
Ia berharap, pemerintah setempat dapat mengatasi banjir yang selalu melanda lingkungannya setiap tahun.
"Ya semoga tahun depan enggak banjir lagi," harap Maria.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.