Beberapa kota yang dikunjunginya di antara lain adalah China, Brasil, Jepang, Italia, Perancis, Yunani, Singapura, Jerman, dan lain-lain.
Di kota-kota yang ia kunjungi, Friedrich kerap bertemu dengan profesor dan mahasiswa lokal. Tak lupa, arsitek lokal pun ditemuinya untuk diajak berdiskusi perihal arsitektur.
Tercatat dalam Biografi Friedrich Silaban Perancang Arsitektur Masjid Istiqlal karya P Simamora dan kawan-kawan, Pemerintahan Soekarno mengadakan sayembara perancangan masjid nasional pada 22 Februrari 1953.
Friedrich yang masih bekerja di Departemen Umum tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut.
Dengan desain berjudul “Ketuhanan”, Friedrich mengikuti sayembara tersebut.
Dalam proses merancang Masjid Istiqlal, Friedrich mengalami konflik batin.
Baca juga: Friedrich Silaban, Seorang Nasrani yang Pelajari Wudu dan Shalat demi Rancang Masjid Istiqlal
Ia adalah seorang Kristen. Namun, status agamanya tidak mengganjal Friedrich untuk andil dalam proyek besar bangsa.
Friedrich menjawab tantangan Soekarno. Ia sungguh-sungguh dan berkonsentrasi mempelajari penugasannya.
"(Silaban) mendalami berbagai berbagai hal terkait ibadah umat Islam, termasuk kegiatan berwudu, shalat berjemaah, kiblat, dan berbagai ritual khusus yang diharapkan hadir di Masjid Istiqlal," tulis Setiadi Sopandi dalam bukunya yang berjudul Friedrich Silaban.
Keterlibatan sentral seorang umat Nasrani dalam perencanaan masjid berskala nasional menjadi momen yang mendamaikan saat itu.
Sejak dulu hingga sekarang, media kerap menjadikan fakta ini sebagai simbol toleransi dan keberagaman.
Baca juga: Putra Friedrich Silaban: Ayah Pakai Nama Samaran demi Terpilih Jadi Arsitek Masjid Istiqlal
Dewan juri yang diketuai Presiden Soekarno, memilih desain Friedrich sebagai pemenang pertama sayembara.
Di bawah Soekarno, Ir Roeseno, Ir Juanda, Ir Suwardi, Ir R Ukar Bratakusumah, Rd Soeratmoko, H Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), H Abu Bakar Aceh, dan Oemar Husein Amin menduduki jajaran juri.
Pembangunan Masjid Istiqlal dimulai pada 1961 dengan diletakannya batu pertama oleh Soekarno.
Namun, pada akhir tahun 1965, pengerjaan masjid sempat tersendat karena pasokan dana yang terhenti.